Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Masa Depan Idaman?

28 Juni 2021   12:17 Diperbarui: 28 Juni 2021   18:36 115 8

Ketika terasa siksa yang belum semua tumpah
Ketika naungan cucuran duka ada sebelum waktunya
Ketika detak yang hampir lemah perlahan terasa mati tak bertenaga
Ketika kata pasrah tak terbentuk di langit-langit kepala
Entah bagaimana rasanya, hidup dengan anatomi yang tengah menuju garis usai usia

Lidah yang bergerak tak lagi melahirkan nada
Neuron tak lagi heboh saling menghantar sabda qalbu yang bersuara
Satu ucap alinea pun tidak lagi terbaca untuk bisa diminta
Realita benar-benar terjadi selanjutnya terlihat terlalu terang
Terlalu suram nan merah, siksa di sana tengah bergejolak nan menyala

Kuingat, jejeran bunga yang teramat indah di pekarangan rumah
Aku melewatinya, seraya bernafas penuh bahagia di sana
Pesonanya penuh warna, kerap membuat aku lupa cita-cita
Entah, apa tema yang dibuatkan hingga hati terpandang lupa
Entahlah, mungkin selalu besar rasaku mencintainya, terlebih ketika kusinggahi mereka di bawah matahari kita

Siapa sangka pada menit dua puluh satu engkau menoleh
Sinisnya tajam memandangi aku yang riang
Siapa sangka malaikat berdoa menyudahi tawa
Sebab lelah, memperhatikan banyaknya rahmat kubuang sia-sia

Kelak aku akan sendiri berbaring di sebuah lubang
Bukan lagi rebah di bawah kipas angin di tengah siang
Entah, adakah keluarga, sahabat dan kekasihku datang 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun