Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Islam dalam Dua Kacamata dari Novel

19 Juli 2017   07:56 Diperbarui: 20 Juli 2017   13:24 175 1
Miftahul Abrar dan Nurul Fauzia sejak kecil tumbuh di lingkungan Islam yang berbeda. Mif dibesarkan dalam tradisi Islam modern, sementara Zia --panggilan akrab buat Fauzia- beranjak dewasa dalam didikan abahnya, seorang kyai tradisional. Meski sama-sama anak Centong, namun  perbedaan yang ada menumbuhkan sekat yang terlalu lebar untuk saling bertegur sapa. Rumah yang berjarak hanya sepelemparan batu seakan menjadi jauh, kalah dengan jurang kultural keagamaan keduanya. Sampai suatu ketika, di akhir masa perkuliahan Zia, ia tak sengaja bertemu dengan Mif di dalam bus Lamongan-Surabaya. Kemudian mereka bertukar alamat surel. Mif mencoba berbasa-basi untuk mengoreksikan tulisannya tentang gerakan Islam di desa mereka yang akan ia kirimkan ke sebuah media nasional.  Mif yakin, Zia, putri bungsu Pak Fauzan yang tumbuh dalam kekentalan tradisi Islam paham dan punya pandangan berbeda soal masalah ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun