Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wak Tamba

26 Januari 2015   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 14 0
Orang memanggilnya wak tamba. Dia seorang muallaf. Tidak susah mencari kediamannya, walau pertama kali kesana saya tersesat grin emoticon . Berada di dalam kebun kelapa sawit milik orang, wak tamba tinggal bersama anak-anaknya. isterinya sudah meninggal. sehari-hari dialah yang memenuhi kebutuhan keluarga, mulai dari mencuci, masak, menyiapkan anak2 untuk sekolah. lalu bekerja di kebun2 orang.

Rumah mereka tidak masuk listrik. kebetulan ketika saya kesana, genset miliknya sudah 3 hari rusak. "anak2 terpaksa gelap2", katanya sambil senyum.. Ceritanya, kadang ada nasi buat dimakan, kadang tak ada. kadang ada kerja kadang tidak. amat sulit mnjadi ayah sekaligus ibu bagi anak2 yang masih kecil dan rakus akan kasing sayang dan belaian ibu.."Kadang saya menitikkan air mata, ketika menyuci pakaian anak2, menyiapkan sarapan sebelum sekolah, saya jadi ingat ibu mereka...", dia berkisah.


Di antara sekian bnyak keluarga yang saya kunjungi, wak Tamba adalah kepingan yang paling menyentuh hati saya. banyak keluarga lain yang hidup lebih susah, makan sekali sehari, tidur sempit2an, rumah hampir rubuh, tapi cerita tentang wak tamba punya posisi tersendiri di hati. saya langsung terbayang jika saya pada posisi wak tamba.. seandainya saya punya istri, kemudian punya anak, di dalam perjalanannya isteri saya terlebih dahulu dipanggil Allah, meninggalkan anak2 yang butuh kasih sayang seorang ibu. Banyak wanita yang sanggup bertahan sendiri memperjuangkan nasib anaknya, tapi laki-laki..??? ...

Ah, yang jelas kita punya Allah yang telah mengatur segalanya. Mengutip kata-kata Stephan Hawking,: "Tuhan tidak sedang bermain dadu"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun