Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Romantic Journey di India, Caper 21

15 April 2019   13:02 Diperbarui: 15 April 2019   13:10 28 0
4.3. Art Of Bargain

Sekitar dua jam kami menunggu di Bus dengan mesin dihidupkan. AC Bus nyala. Adem mata liyep liyep, sleep sleep Chiken. Tidur tidur Ayam.

Beberapa bapak, termasuk Saya memang tidak ikut menyerbu Bapu Bazaar, Open Market di Jaipur yang tersohor. Pasar terbuka, tempat berbagai macam souvenir dan produk produk made in India dijual. Konon komplit, menarik, menantang dan juga murah.

Dua jam berlalu. Dari seberang jalan mulai satu dua anggota rombongan berdatangan masuk pelataran parkir. Tempat Bus ngetem, menunggu para petualang belanja beraksi. Petualang yang tidak goyah tekadnya dengan rasa letih atau panas terik siang itu. It's a must, now or never. Barangkali itu tekad Baja yang mampu memaksa kaki letih tadi untuk tetap melangkah tersuruk menuju pasar.

Bapak bapak dan ibu ibu berdatangan dengan tentengan tentengan. Melangkah pelan capai, namun dengan roman muka cerah berseri. Alhamdulillah. Ritual di India yang mendebarkan itu telah terlaksana dengan sukses. Barangkali besok, ritual suci ini akan berulang lagi di Delhi. Besok adalah hari terakhir di India, pundi pundi Rupee harus segera dituntaskan. Karena tidak tahu kapan lagi akan balik ke Negeri Kari ini.

Rombongan komplit. Tuntas sudah hari panjang ini ditutup dengan petualangan manis di pasar. Bus meninggalkan parkiran kembali ke Hotel.

Di dalam Bus sepanjang perjalanan ke Hotel, dipenuhi cerita cerita asyik petualangan baru saja di Jaipur Bazaar. Menarik, hiruk pikuk dan lucu.

Meskipun tadi saya tidak ikut masuk ke Pasar, namun bisa membayangkan bagaimana kira kira petualangan dua jam di Bazaar tadi berlangsung. Pasti riuh, heboh, warna warni, Blink blink meriah.

Tentu ritual itu tidak jauh berbeda manakala kita mengunjungi pasar sejenis di banyak kota di Dunia pada kawasan wisata. Katakanlah Grand Bazaar Istanbul, Kairo, Beijing, Thailand, Maroko, Uzbekistan. Juga di banyak kota di Eropa Timur.

Belanja, masuk pasar tradisional  memang menjadi salah satu atraksi Wisata yang menarik dan ditunggu tunggu. Khususnya bagi Wisatawan Indonesia. Disitu terjadi interaksi bisnis. Transaksi yang pada awalnya sering diwarnai saling ngotot. Dan pada akhirnya happy happy, Win Win position sama sama senang.

Dari pengalaman mengikuti beberapa kali proses tawar menawar di tempat wisata, ada beberapa resep yang mungkin dapat membantu kesuksesan menjalani bargain dan mendapatkan barang yang disukai.

Pertama, Sembunyikan minat. Kalau kita berminat, naksir akan suatu barang jangan langsung menanyakan harga barang itu. Pura pura dulu menanyakan barang yang lain. Ini terkait dengan prinsip, memangnya siapa yang butuh?.

Resep berikutnya, say no and start negotiation. Pada awalnya kita memang harus menunjukan sikap seolah tidak mau. Baru kemudian mulai berjibaku mempraktikan skill negosiasi.

Berikutnya, Jangan sentuh barangnya. Ini juga perlu diperhatikan, khususnya di India, Turki, Mesir atau Maroko ketika kita berhadapan dengan penjaja tanpa toko. Kalau kita masih belum yakin benar menginginkan suatu Souvenir, jangan dulu menyentuh barang dagangan itu. Memegang akan dianggap sudah menyukai. Lalu kita terus akan diburu kemana saja kita pergi. Sampai kita nyerah dan  menghabiskan banyak waktu.

Kemudian, Memiliki harga pembanding. Kadang kadang di satu kota ada beberapa tempat Wisata dan kita berhadapan atau tergoda untuk membeli barang sejenis disetiap lokasi. Transaksi yang terjadi sebelumnya tentu akan menjadi pembanding penting dalam proses tawar menawar.

Juga satu hal penting, Tanyakan dengan jelas harga dan jumlahnya. Pernah terjadi seorang teman membeli kalung dengan harga yang dianggap murah tanpa menanyakannya harganya dengan detil. Langsung menyetujui harganya berdasar perkiraannya sendiri. Begitu mau membayar ternyata harga yang disetujui itu menurut penjual adalah harga hanya untuk satu pernik yang menempel di kalung. Sedangkan kalung itu sendiri dihiasi dengan 25 pernik yang berjalin jalin. Terpaksalah teman itu membayar 25 kali lipat dari yang dikira.

Terakhir, Ngikut saja teman yang sudah deal, selesai menawar. Saya paling sering mengikuti cara ini. Melihat anggota rombongan lain yang sudah selesai tawar menawar, ikut nimbrung membeli dengan harga yang sudah disepakati.

Meskipun sebenarnya harga harga Souvenir di pasar tradisional atau penjaja jalanan itu relatif sudah murah, tetapi menawar barang yang sudah murah dan berhasil itu menjadi kepuasan tersendiri ketika kita berwisata. Apalagi di negeri orang.

Souvenir, Makanan dan barang barang lain yang dijajakan di tempat wisata menjadi daya tarik dan penggerak bisnis. Dan menjadi salah satu hal yang menghidupi Ekonomi mayarakat setempat. Destinasi Wisata yang unik dan indah tidak lengkap dan akan lebih menarik kalau bisa menghadirkan produk produk Souvenir kerajinan setempat yang bisa menjadi cendera mata yang khas.

Bus telah sampai di Hotel. Tambahan tentengan harus ikut diturunkan. Usai makan malam di Hotel, masing masing kembali ke kamar. Acara packing semi final segala macam barang bawaan yang tercampur dengan belanjaan selama perjalanan dilakukan. Koper dan tas bawaan  menggembung dijejali berbagai tambahan belanjaan.

Malam terakhir di hotel itu baru menjadi acara gladi bersih packing. Finalnya nanti akan dilakukan saat di Bandara. Sebelum chek in kepulangan di loket Air line.

                Bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun