Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop

Kegagalan Starbucks di Israel: Mimpi yang Tak Tercapai dan Pelajaran Berharga

11 November 2023   07:49 Diperbarui: 11 November 2023   08:03 194 2


Sejak didirikan pada tahun 1971 di Seattle, Starbucks tumbuh pesat menjadi jaringan kopi global dengan 35.711 gerai di seluruh dunia. Namun, upaya ekspansi ke Israel pada tahun 2003 berakhir dengan kegagalan yang mencolok.

Pendiri Starbucks, Howard Schultz, memiliki ambisi besar membuka gerai di Israel setelah kunjungannya pada tahun 1998. Namun, mimpi tersebut berakhir dalam waktu singkat. Meskipun bekerja sama dengan Delek Israel Fuel Corporation (DIFC) yang memegang 80,5% saham, gerai Starbucks di Israel tidak hanya tidak laku, tetapi juga mengalami kebangkrutan dalam waktu dua tahun.

Penjualan yang anjlok dan toko yang sepi membuat seluruh operasional toko Starbucks di Israel merugi, mencatat kerugian sekitar US$6 juta atau setara dengan Rp 93 miliar saat ini. Analisis menunjukkan beberapa faktor penyebab kegagalan, termasuk pemilihan rekan bisnis yang tidak berpengalaman di industri makanan dan minuman, kepercayaan diri berlebihan Howard Schultz, dan kondisi politik dan sosial Israel yang sulit pada saat itu.

Pentingnya pemilihan rekan bisnis dan pengenalan terhadap kondisi lokal menjadi pelajaran berharga dari kegagalan Starbucks di Israel. Howard Schultz yang awalnya bermimpi membuka 80 toko dalam empat tahun harus menyerah saat kondisi politik yang tidak mendukung dan preferensi budaya minum kopi di Israel yang berbeda dari gaya Starbucks.

Dengan kebangkrutan di Israel, Starbucks belajar bahwa keberhasilan di pasar global tidak selalu dijamin, dan memahami keunikan setiap pasar menjadi kunci untuk membangun operasi yang sukses. Artikel ini menggambarkan bahwa, meskipun menjadi pemimpin global, Starbucks tetap terikat pada dinamika lokal yang dapat memengaruhi kesuksesan atau kegagalan ekspansinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun