Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Bersua Karsa

29 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 29 Desember 2020   17:27 126 3
Basahnya akhir pekan
Ramai kedai kopi sang kakek
Saat indra mulai menggigil
Saat sukma mulai luntur
Secerca cuitan cerita yang memantik
wangi api asmara
Meluluh-lantahkan jalan
seorang pemuda tak guna
Namanya bijaksana yang sama sekali
tak bijak

"Aku tak pandai memberi hagia"
katanya dengan secangkir gairah
Ia terus menggonggong bak
anjing bercawat ekor
Malu-malu namun tak waras,
seperti itu yang dirasa

Mengukir asmara di kaki Anjasmara
tak semudah menaruh daging di kulkas, yu!
Seperti banjir yang melanda desa Nuh
Ia selalu hilang kendali
Fajar mencintai dengan segenap kasih,
petang membenci tanpa pamrih, tulus!
Barangkali sedemikian dekatnya antara
cinta dan benci
Hingga tak kuasa mengakui demi
harkat setinggi pohon melati

Hari-hari ia berpikir tentang perak yang berkaca bening
"pantaskah seindah perak berjalan di bumi
ini mengiringi batu akik pasaran?"
Tanyanya sembari menggigit jari yang kelak akan mengusap air matanya

Sementara kedai sudah tertutup rapat
Ia pulang meninggalkan kepulan asap,
sisa-sisa cerita yang terbakar hidup-hidup
Tak rela dengan kesepian jua
Dasar! pemalu yang tak tahu malu

Begitulah, yu!
Asmara selalu menjelma doa
Berpegangan pada tiang rapuh
tak lantas menghadirkan derita
Sedang, benih hagia mulai menjulang
Lupa akan berbagai siksaan
Semoga

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun