Mohon tunggu...
KOMENTAR
Film Pilihan

Film "The Gifted", Dialog Kompromi Demokrasi dan Monarki

31 Mei 2022   12:51 Diperbarui: 31 Mei 2022   12:54 488 11
Bagi mata saya, film ini bukan hanya menawarkan skenario dan efek visual yang menarik namun juga menyiratkan bagaimana manusia memandang sebuah sistem kehidupan. Ada sebagian orang yang masih mendukung hirarki kekuasaan sebagai sesuatu yang tak tergoyahkan. Sebagian lainnya, melihat hirarki itu sebagai bentuk ketidakadilan.

***

Ketika pertama kali menonton film ini, terus terang saya masih menganggap ini hanya sebagai tayangan 'klise'. Serial yang dibuat untuk anak remaja dimana sekolah selalu menjadi latarnya.

Namun, ketika masuk ke episode penghabisan ternyata saya menemukan sesuatu yang luar biasa dari film ini. Sebuah konsep besar perikehidupan manusia disajikan dengan cara yang sederhana.

Stratifikasi sosial, hal yang kita pelajari ketika sekolah menjadi tema dalam film The Gifted. Sekelompok siswa yang disebut Unggulan memiliki hak istimewa yang tidak diberikan kepada murid lain oleh pihak sekolah tempat mereka menuntut ilmu.

Kelompok Unggulan ini bukan hanya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar murid lain, namun mereka pun menjadi kebanggaan sekolah di hadapan masyarakat dan Pemerintah Thailand.

Hal yang menarik, kelompok Unggulan ini berada di puncak stratifikasi kelas yang dibuat oleh Kepala Sekolah. Tentu saja, murid dengan kemampuan alakadarnya ditempatkan di kelas peringkat terbawah.

Ujian pemeringkatan senantiasa dilakukan untuk menentukan siapa berada di kelas yang mana. Nantinya, setiap murid diberi identitas di pakaiannya berupa pin dengan angka berurutan.

Jika digambarkan, pemeringkatan ini mirip dengan piramida kekuasaan dimana kelompok Unggulan berada di puncak. Tentu saja jumlahnya hanya segelintir saja.

***

Jika kita menjadi warga Thailand _latar film ini dibuat_ maka tidak akan terlalu heran dengan sistem pemeringkatan. Di sana, monarki masih menjadi cara untuk mengurus negara. Raja dan keluarganya tetap mendapatkan tempat teratas dalam stratifikasi sosial.

Lumrah, jika kelompok Unggulan bisa diterima di sana. Warga Thailand masih menerima jika dalam suatu kelompok masyarakat ada sebagian kecil warganya yang istimewa dan harus diistemawakan.

Dalam masyarakat demikian, keadilan bukan berarti penyamarataan. Keadilan berarti menempatkan sesuatu pada porsinya. Tentu saja porsi setiap manusia berbeda bergantung di strata yang mana dia berada.

Konflik menjadi menarik ketika kelompok pendukung dan penentang keistimewaan berdasarkan stratifikasi beradu argumen. Kedua kelompok itu mengemukakan alasan masing-masing. Tentu saja, dasar pemikiran diantaranya jelas berbeda.

Di satu sisi, kelompok pendukung akan terus mempertahankan status quo karena mereka menikmati sistem yang ada. Di sisi lain, kelompok penentang merasa sumberdaya yang dimiliki untuk kepentingan bersama hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

Ketika Anda menonton film ini, coba perhatikan dialognya. Pertentangan kedua kelompok ini mencoba saling meminta pengertian.

Kebaikan bersama, itu hal yang sering dikemukakan oleh penggagas sistem. Namun, pengertian kebaikan bersama ini selalu memiliki pengertian berbeda. Hal itu bergantung bagaimana setiap pihak memandang individu.

Apakah individu manusia itu hanya sekumpulan darah dan daging atau individu adalah makhluk yang memiliki jiwa. Dan, setiap jiwa memiliki kemampuan berbeda. Berbeda dalam hal bagaimana mereka memahami dunia di sekelilingnya.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun