Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Passion Vs Realita

12 September 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 375 1
Stop trying to turn your weakness into your strength. Begitu bunyi kolom UltimateU, Rene Suhardono @reneCC, saya baca di Kompas tadi pagi. Ide yg sudah sering saya dengar, cuma pagi tadi jadi sesuatu yang baru. Iya, kenapa ya kita kadang suka memaksakan diri menutup kelemahan kita dengan mati-matian belajar, ikut workshop, baca buku dan artikel, bahkan ambil kuliah sampai S3. Padahal bidang itu bidang kelemahan kita dan parahnya bidang yang tidak dia sukai. Kita mati-matian secara sadar maupun tidak, berfokus memoles kelemahan kita agar orang lain tidak tahu itu kelemahan kita. Padahal orang-orang juga tidak peduli sebenarnya. Coba bayangkan kalau effort kita, waktu, tenaga, biaya kita fokuskan pada passion kita. Pada bidang yang kita cintai. Kita mungkin akan menemukan dan membangun kekuatan sejati kita. Mungkin sekali kita akan jadi master di bidang tersebut. Kebalikannya, jika kita mengerjakan kelemahan kita, kita akan menjalani aktivitas yang membosankan, meletihkan, dan membuat frustrasi. Dan kemungkinan besar outputnya akan buruk juga. Ironisnya, dalam realita kehidupan ini, kita terpaksa menjalani kelemahan kita ketimbang passion kita. Entah karena tuntutan hidup, mencari nafkah, permintaan orang tua atau lingkungan dan lain-lain. Saya jadi ingat film Perahu Kertas yang saya tonton minggu lalu. Salah satu isu dalam film yang diangkat dari novel karya Dee Lestari ini adalah benturan antara following your passion dan realita tuntutan hidup ini. Buat yang belum nonton, tonton deh. Film yang inspiring!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun