Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Bahagiaku Bahagiamu

14 November 2017   06:39 Diperbarui: 14 November 2017   08:18 908 0

"BAHAGIAKU, BAHAGIAMU"

Seorang teman menanyakan kepada saya apa ukuran kebahagiaan dan apakah saya pernah menulisnya. Saya jawab wah susah menjawabnya karena ukuran kebahagiaan menurut saya kualitatif sekali sehingga sulit untuk dijadikan kuantitatif. Saya berasumsi bahwa kebahagiaan berhubungan dengan perasaan dan hati manusia.

Sebagai contoh para tahanan yang dipenjara dan diasingkan ke Pulau Buru karena terlibat peristiwa G30 S PKI harus berpisah dengan anak, istri, dan keluarganya. Berbagai hukuman dan siksaan mungkin mereka alami selama masa penahanan dan pengasingannya. Apakah si Tahanan merasakan kebahagiaan? Banyak diantara mereka merasa tersiksa dan sungguh sangat jauh dengan kebahagiaan, hanya penderitaan yang dirasakan. Banyak yang kemudian meninggal karena stress dan penyakit lainnya.

Kisah menarik adalah mengenai pembuatan tafsir Al-Azhar, tafsir Al Quran 30 JUZ karya Buya Hamka, ulama terkenal negeri ini. Tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada 1964. Tafsir Al-Azhar sendiri diselesaikan Buya Hamka saat dia mendekam selama dua tahun empat bulan di penjara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun