Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Antara Alm Pascalis Lesek & Gayus Tambunan – In Memoriam 2 Pekan Meninggalnya Pascalis Lesek

21 Desember 2010   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:32 310 1
Pascal mungkin bukan salah satu orang terkenal, dari sisi positif maupun negatif. Kematiannya mendapat porsi pemberitaan Metro TV karena dia memang seorang jurnalis TV dengan posisi terakhir sebagai produser di stasiun TV News swasta pertama di Indonesia itu. Namun dia bukan orang biasa, Pascalis Lesek adalah seorang pribadi yang luar biasa dan karena itu secuil kepribadian pria bertubuh kurus namun berjiwa besar ini ingin saya share pada teman2 kompasianers. Minimal tulisan ini bisa menjadi kenangan yang lebih awet dari kelemahan memori manusiawiku.

Pascal sudah terbaring di peristirahatan kekal dan tidur dalam kebebasan sejati. Ya, tidur dalam kebebasan adalah salah satu kekhasannya. Berbaring seenaknya di lantai , di atas tikar, karpet atau kasur dengan kaki yang diselonjorkan terbuka, dan tangan yang terentang bebas, sesuatu yang jamak terlihat sebelum penyakit perlahan-lahan merenggut warnakebebasan itu sejak empat tahun silam. Dia sudah terbaring selamanya, bukan dalam posisi idealnya karena sekarang tangannya dikatupkan di dada, tapi dalam simbolisasi makna yang sama: kebebasan dan kedamaian. Bukan hanya itu, saya kira. Ada ekspresi keterbukaan yang terselip di sana.

Lebih dari sekedar ekspresi, keterbukaan terhadap orang lain adalah kesehariannya. Di mana pun dia tinggal, di sana pula adik-adik dan saudara-saudaranya disertakan. Bukan hanya mereka, tempat tinggalnya selalu terbuka untuk semua teman dan kenalan. Rumahnya adalah tempat membuang penat bagi mereka yang tergerus kesibukan kerja. Rumahnya adalah tempat bersenda gurau saat teman-teman lama bertemu. Rumahnya adalah naungan sementara bagi mereka yang menganggur dan pondokan bagi mahasiswa. Kediamannya adalah saksi berbagai cerita perjuangan teman-teman yang mencoba bertahan hidup di Ibukota. Kediamannya adalah tempat pertemuan dan pertautan suka dan duka, keseriusan dan kejenakaan, permainan dan strategi, kopi dan rokok, dan berbagai hal kontraris lain yang saling melengkapi. Yang pasti, rumahnya adalah ruang kebersamaan. Keterbukaan dan rasa kebersamaan itu yang membuat kontrakannya jauh dari sepi. Bisa dibilang almarhum telah memperoleh perbagai kelengkapan immaterial dari hidup berkeluarga, meskipun hingga ajal menjemput ia masih tetap memilih hidup single.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun