Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop Pilihan

Teror di Paris, Bagaimana dengan Surabaya?

9 Januari 2015   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 218 0
Kasus teror di Paris telah menggoncang seluruh dunia. Banyak pemimpin dunia mengutuk penyerangan Kantor Majalah Charlie Hebdo yang telah menewaskan 12 orang. Pemimpin redaksi, wartawan, kartunis, dan polisi penjaga kantor majalah satir tersebut, tewas di tangan tiga orang teroris. Yaitu: Cherif Kouachi, Said Kouachi, dan Hamyd Mourad.
Efek teror menyebar ke seluruh penjuru dunia. Paris sebagai Kota Metropolis terbesar di Eropa, diselimuti kabut duka dan kecemasan. Kebebasan pers dan demokrasi yang dijunjung-tinggi di Prancis benar-benar terancam. Teror di Paris merupakan tindakan barbar yang serius dan biadab.
Apapun alasannya, tindak teror tidak memiliki landasan teologis sama sekali. Islam tak menghalalkan kekerasan atas nama agama. Banyak cara melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Majalah minggu yang terbit sejak 1970, kendatipun seringkali menghina dan melukai perasaan umat Islam, tak dibenarkan melakukan teror, dan menumpahkan darah para pelaku yang usil.
Majalah yang didirikan oleh Francois Cavanna memang sangat keras dalam mengkritik dan bahkan menghina para pemimpin agama Islam, Kristen, Yahudi dan pimpinan politik lain. Majalah yang berhaluan politik sayap kiri ini memuat berita, kartun, laporan, polemik, dan jokes-jokes yang sangat "sensitif" dalam wilayah agama-agama besar tersebut.
Majalah yang pernah dibredel tahun 1981 ini, tak pernah menghiraukan reaksi negatif dari isi majalah yang menimbulkan kemarahan. Kritik, demonstrasi, dan serangan bom molotov pun tidak membuat Majalah yang dipimpin oleh Stephane Charbonnier melakukan autokritik untuk memperbaiki kebijakan redaksi untuk tidak memasuki wilayah sensitif.
Demi dan atas nama kebebasan pers dan demokrasi, para kartunis Majalah yang terbit kembali 1992 ini berulang-ulang membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW. Gaya media yang easy going tersebut, semakin membuat kemarahan akumulatif yang "membakar" perasaan umat Islam. Kelompok ekstrim dalam Islam semakin terpancing dan memiliki alasan kuat, setelah Abu Bakr Al-Baghdadi, pemimpin Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dihina pula.
Namun demikian, teror di Paris telah memicu ketegangan baru, yang membuat negara-negara besar dunia murka. Sudah bisa dipastikan, perang terhadap terorisme akan semakin ditingkatkan. Efek dari aksi teror dan reaksi antiteror akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang lebih luas. Target teror itu berarti berhasil membuat ketakutan massal dunia. Bahwa, sewaktu-waktu aksi terorisme muncul dan dalam sepanjang waktu reaksi antiteror akan memobilisasi publik melawan ancaman terorisme.
Amerika Serikat dan Australia yang mengeluarkan travel warning terhadap Indonesia, bukan sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Ini merupakan bagian dari mobilisasi publik melawan ancaman terorisme. Beberapa daerah diwarning untuk tidak dikunjungi oleh warga 2 negara tersebut. Salah satunya, adalah Surabaya Jawa Timur.
Dalam sebuah situs ABC News (Australian Broadcasting Corporation), menyebutkan bahwa potensi ancaman terorisme terhadap hotel dan bank yang berhubungan dengan AS di Surabaya. Informasi ini tentu sangat serius di tengah hiruk-pikuk evakuasi dan identifikasi korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Bandara Juanda Sidoarjo Surabaya.
Drs H Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur, membantah informasi yang dirilis ABC News di atas. Gus Ipul menyatakan bahwa secara umum, kondisi Jawa Timur aman. Tak ada tanda-tanda ancaman gangguan keamanan yang serius. Informasi intelijen yang diterimanya, kondisi keamanan daerah Jawa Timur kondusif.
Ir Joko Widodo, Presiden RI, senada dengan Gus Ipul, menyatakan bahwa kondisi Indonesia aman-aman saja. Jokowi meminta kepada AS dan Australia untuk tidak berlebihan melihat kondisi keamanan Indonesia.
Namun demikian, pemerintah beserta aparat keamanan, harus meningkatkan kewaspadaan, jangan sampai Indonesia dan khusus Jawa Timur kecolongan. Apalagi, travel warning AS maupun travel advice Australia, sebelumnya secara terbuka ada tantang perang dari ISIS Indonesia pada TNI, Polri dan Banser NU.
Seorang yang bernama Abu Jandal Al-Yemeni Al-Indonesi, seorang pentolan ISIS Indonesia, menantang Jenderal Moerdoko, bersama TNI, Polri dan Banser NU untuk berperang. Jandal berjanji akan kembalik ke Indonesia untuk melakukan serangkaian aksi. Menurutnya, untuk menerapkan syariat Islam di Indonesia, harus diawali dengan membantai satu per satu mereka. Yaitu: Orang-orang yang ingin membasmi ISIS.
Jandal bernama asli Salim Mubarak Attamimi. Lelaki yang pernah berjualan susu di Malang ini bergabung dengan ISIS, dan mengganti nama Abu Jandal Al-Yemeni Al-Indonesia. Nama Abu Jandal itu sendiri adalah ajudan dari Osama Bin Laden. Tokoh Al-Qaedah yang sudah tewas di Pakistan pada tahun 2009 lalu.Jadi, travel warning dan travel advice di atas haruslah diletakkan dalam bingkai ancaman perang ISIS tersebut. Sehingga dengan begitu, seluruh aparat keamanan senantiasa dalam kondisi siaga, dan selalu siap menghadapi ancaman terorisme di Indonesia. Bagaimanapun, terorisme itu merupakan "bahaya laten" yang sewaktu-waktu bisa membahayakan keutuhan NKRI.
Jawa Timur sebagai daerah basis Banser NU, harus senantiasa dalam kondisi siaga pula. Ancaman perang ISIS tidak bisa dianggap remeh, apalagi dianggap angin berlalu. Paris sebagai Kota Besar dunia, bisa kecolongan dari serangan teroris. Apalagi, hanya Surabaya sebagai Ibu Kota Propinsi yang longgar. Kita berharap, teror di Paris, tidak berlanjut pada teror di Surabaya. Amien.
*Moch Eksan, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Nurul Islam , Anggota DPR Propinsi Jawa Timur, dan Penulis buku: "Dari Bom Bali Sampai Kuningan, Mencari Akar Terorisme di Tanah Air".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun