Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Ketua DPR Mengusulkan Kementerian Kebahagiaan? Mengapa?

6 Juli 2019   13:02 Diperbarui: 6 Juli 2019   13:59 37 0
Baru-baru ini Ketua DPR, Bambang Soesatyo mengusulkan agar Indonesia memiliki Kementerian Kebahagiaan. Ada yang mengolok-olok usul ini, mungkin karena Bamsoet kurang menjelaskan mengapa ia mengusulkan ini. Padahal topik kebahagiaan sekarang menjadi topik yang populer di seluruh dunia. Meski begitu, Indonesia mungkin tak perlu memiliki kementerian kebahagiaan. Namun soal kebahagiaan perlu mendapat perhatian lebih. Mengapa? Inilah beberapa argumennya:

1. Sejak 2012 PBB menerbitkan laporan tiap tahun: World Happiness Report (WHR). Laporan ini lebih akurat menggambarkan pencapaian tiap negeri di dunia dibanding laporan yg dulu lebih dahulu populer yaitu: Human Development Index (masih diterbitkan). Menurut WHR, kebahagiaan mendorong berbagai pencapaian positif yg dibutuhkan tiap orang, tiap hari dan tiap negeri. Sayangnya Indonesia masih berada di peringkat yang kurang bagus.

2. Terbitnya WHR tiap tahun terinspirasi oleh perkembangan sebuah sains baru, yaitu neuroscience yang telah dikembangkan sepanjang lebih dari 2 dekade terakhir ini. Neuroscience sekarang mampu menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana kondisi otak dapat mempengaruhi berbagai kecenderungan atau prilaku orang. Neuroscience bahkan sudah menyusun berbagai tips untuk memperoleh kebahagiaan agar memperoleh berbagai pencapaian sehari-hari atau pencapaian besar sepanjang hidup (juga dalam kehidupan bernegara). Sering neuroscience menyebut kebahagiaan dengan positivity (berkaitan dengan kondisi otak yang positif).

3. Ilmu tentang kebahagiaan (positivity) sekarang sedang populer di seluruh dunia. Konten-konten tentang kehahagiaan mengisi berbagai media, apalagi media sosial. Satu yang mendunia adalah gerakan Action for Happiness yang anggotanya dari seluruh dunia melalui websitenya yang terkenal: https://www.actionforhappiness.org .

4. Di Indonesia saya sudah mempelopori gerakan kebahagiaan ini, yaitu Membangun Positivity sejak tahun 2015 lalu melalui fanpage di Facebook: http://facebook.com/membangunpositivity dan http://kompasiana.com/mjr . Ada banyak artikel tentang ini dan 1 buku tentang ini di: https://drive.google.com/file/d/14R8Nlrck_TZhleyskU4n7-LAouv0HGk_/view  

5. Indonesia perlu memperbaiki peringkatnya di WHR. Mengapa? Peringkat yang membaik berarti Indonesia juga membaik dalam hal pencapaian 6 indikator yang disebut dalam WHR, yaitu: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healty life expentancy at birth, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. Perceptions of corruption. Jika semua indikator itu membaik, tentu itu artinya Indonesia sudah sejajar dengan negeri-negeri maju lain.

6. Salah satu prioritas Jokowi di periode kedua ini adalah Membangun Sumber Daya Manusia. Tentu ini harus dibarengi dengan membangun positivity yang besar. Jika memiliki positivity yang besar, maka akan lebih mudah membangun kapasitas lainnya. Memang sudah saatnya Indonesia membenahi SDM-nya agar bisa lebih cepat melesat maju. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sains yang memang sedang berkembang pesat. Ilmu tentang kebahagiaan (positivity) masih banyak yang belum menyelaminya, padahal mereka yang memiliki positivity (kebahagiaan) yang besar ternyata akan lebih mudah memiliki berbagai pencapaian tinggi dalam hidupnya. Tentu ini berguna dalam kehidupan bernegara.

M. Jojo Rahardjo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun