Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Mosaik Langit yang Rumit

21 Mei 2019   01:42 Diperbarui: 21 Mei 2019   01:59 52 7

Malam, mencengkeram dinding-dinding kamar dari sebuah rumah yang lampunya padam. Penghuninya sengaja menenggelamkan diri. Dalam mimpi paling buruk yang pernah singgah di bumi. Meneriakkan jeritan-jeritan serigala, pada sebuah purnama yang kehilangan cahaya.

Muram, sebuah potret kusam yang tergantung di dinding-dinding kamar yang buram dari sebuah rumah yang lampunya begitu temaram. Penghuninya tertidur memeluk sepotong harapan. Berharap saat terbangun menjumpai kerinduan. Terbaring di sebelahnya dengan mata bertaburan kunang-kunang.

Masam, wajah murung lukisan di dinding-dinding kamar yang catnya dikelupas kenangan. Dari sebuah rumah yang nyaris runtuh oleh peluh yang mengucur akibat kubangan keluh. Menyeduh cawan demi cawan kedukaan setelah selesai menyudahi ratapan.

Lebam, kaki langit yang disepuh mendung hitam. Menjatuhi sebuah rumah yang dibangun dari mata sembab. Setelah airmatanya dikuras udara lembab. Oleh sebab-sebab badai. Dari masa silam yang tubuhnya kurus terbengkalai.

Beginilah bentuk rasa sakit ketika mosaik langit terlihat begitu rumit. Tersusun dari sekian keping pengalaman pahit. Saat semua yang muram dan kusam melekat pekat di ingatan. Seperti tetesan embun di pagi yang tak punya keinginan.

Bogor, 21 Mei 2019


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun