Berkejaran tetesan embun pada hijau daunmu
Jatuh basahi coklat tanah seperti warna kulitmu,
hingga merah senja datang layak cahaya rambutmu dulu yang menghitam ketika semua itu kau ingini
Kau tanami banyak cempaka, seperti itu namamu
Kau ijinkan kulihat rahasia-rahasia indahmu, seperti itu percayamu
Kau didewasakan bersama waktu dipelukan bundamu seorang,
seperti itulah indah gemulai tarimu yang ingin kulihat
Kenangan akanmu berkejaran dalam sempit otakku
Begitu juga dalam hati yang basah karena air mata yang mungkin tidak sesejuk embun ketika fajar
Mungkin kau sesali
Ketika kau pernah taruh kata-kata di dekat telingaku Mungkin pikirmu ku tidak punya hati
Sebab kata-kata itu tidak pernah sampai ke rongga hati
Seperti cempaka yang kau petik untukku
Yang mulai mengembang dan kubiarkan mati layu
Mungkin, itu akan abadi mewangi dalam harapku
Ndoro ayu, panggilku,
meski ku taruh wajahku di atas tanah tamanmu, kau boleh tetap robek jantungku
Mungkin mulutku yang menurutmu bau
Tidakkah kau mau beri aku wajahmu Setidaknya beri saja sedikit hatimu
Meski mungkin tak ada lagi cempaka yang kau petik lagi untukku
Entah ini lembayung fajar, ataukah senja Kau bawa pergi kah semua harummu
Bersama kapalmu yang menjauh menuju merah dan bulatnya matahari
Doaku, meski kau tak pernah tahu
Terus mengalun dalam gambar hitam putih kenangan Kelak kau dan ibundamu tengadahkanku
Dari basah coklat tanahmu oleh airmataku
Semoga bahagia
Semoga semakin harum taman cempakamu Tuhan jagai kau selalu selamanya,
sampai nanti kelak wajah dan hatimu mau menghampiriku