Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pada Malam Itu

28 Agustus 2020   15:48 Diperbarui: 16 Oktober 2020   12:23 26 2

Sesekali aku ingin bicara banyak, namun ternyata berbicara langsung lewat mulut tidak segampang aku bicara lewat ketikan huruf dan kata.
Kamu bilang ini hanyalah cara dan kemampuan orang itu berbeda-beda.  

Malam itu, kau mengenalkanku pada bahan bacaan tentang teori-teori konspirasi di negri ini. Sosok pejuang revolusi dan politikkus Kuba Fidell Castro kau kenalkan padaku. Katamu akan menarik jika aku membaca tentangnya.
Tidak ingin penasaran lebih lama, aku mencari dan membacanya.

Ahhhhh,  ternyata untuk memahami bacaan seperti itu tidak semudah aku memahami cerita fiksiku.
Otaku berantakan ketika menemukan kata dan bahasa yang tak pernah kutemukan dalam bacaan-bacaan sebelumnya.
Sedikit aku pahami tentang mereka adalah sosok yang peduli dan pejuang keadilan.
Dalam hening aku berkesimpulan bahwa kamu itu Peduli seperti mereka.  Itu nyata aku rasakan.

Waktu berlalu, cerita hampir habis.
Aku yang terus terdiam akhirnya pun kau paksa bercerita.

Dengan beralasan tidak ingin mengakhiri obrolan, dengan seenaknya aku berbicara  bodoh. Tentang aku yang merindukan adik perempuanku, tentang baik dan ramahnya k Ebby yang ketemukan di beranda Facebook, tentang rambut kritingku yang menghemat pengeluaranku dan bahkan tentang bintik-bintik jerawat yang dengan liarnya ada pada wajahku.

Terus kubawa bahagiaku waktu itu ketika kamu menanggapinya dengan positif.
"Terserah kamu mau bercerita apa saja, yang terpenting adalah kita saling bercerita."

Sejak malam itulah aku berani dan semakin tidak tau diri untuk memikirkanmu

Merlin 2020
Bajawa, Nusa Tenggara Timur

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun