Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen | Surat buat Ibu

20 Maret 2020   10:07 Diperbarui: 20 Maret 2020   10:28 89 1
Aku ceritakan kembali padamu, Bu! Sajak perjalanan yang pernah kau ramalkan lewat garis tangan, ketika kecil dulu saat aku bermanja dengan kancing bajumu.

"Nasibmu berajah bintang, Nak! Kelak kau  akan jadi hartawan," suaramu berdendang bulan, legam bola matamu menyusuri hitam rambutku. Seolah kau ingin berkata, betapa masa penuh coba tercermin lewat lebatnya. Aku hanya tersenyum memaknai ucapmu, tak pernah paham apakah takdir bisa dilihat sedemikian gampang.

Aku telah dewasa, Bu! Mungkin setelah kita berjauhan aku hanya bisa kau lihat di meja belajar, di dinding kamar, atau di album kenangan kita, bahkan sering kau sapa dalam doamu yang ijabah, seperti azimat rindu menggelitik pikiranku sebab darahmu kekal di jantungku.

Aku merindukanmu, Ibu. Dalam hempas gejolak merajai batinku, masih terngiang sedemikian lekat sebaris kalimat kala kau lepas aku sebelum berangkat.

"Kau tak cukup kuat menantang samudra, Nak. Gelombang pasang di luar sana akan membuatmu tenggelam, bekalmu tak cukup untuk bisa bertahan. bagaimana kau akan minta tolong jika kedinginan, sedang bajumu masih ibu jahitkan, apa kau bisa berenang dengan telanjang untuk sampai ketepian?"

Aku pun menanggapi bahasamu dengan anggukan, sekadar meyakinkan kalau aku hanya butuh kepercayaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun