Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

China Kristen Wakili Partai Islam

1 Mei 2013   17:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:18 927 1
BERITA mengejutkan datang dari Johor Baru, Malaysia.  Partai Islam Se-Malaysia (PAS) mengajukan seorang keturunan China non-Muslim sebagai calon anggota parlemen.

Ini merupakan salah satu pencalonan lintas etnik dan agama oleh partai politik dalam pemilihan umum Malaysia kali ini. Demikian saya baca di situs BBC Indonesia.

Calon yang diajukan PAS adalah Hu Pang Chaw untuk daerah pemilihan Ayer Hitam di Johor Baru.

Inilah untuk pertama kalinya PAS mencalonkan anggota parlemen dari kalangan non-Muslim.

“Kami ingin membuktikan bahwa perjuangan PAS adalah suatu perjuangan berlandasaskan Islam yang sebenarnya, yang bisa mengangkat kesejahteraan, keadilan, harmoni dan kebajikan untuk semua,” kata Hu Pang Chaw kepada BBC .

Hu Pang Chow (kiri) mendapat ucapan selamat dari Datuk Seri Abdul Hadi Awang, President Partai Islam SeMalaysia (PAS). – foto : STAR/ASIA NEWS NETWORK

“Ini membuktikan bahwa tokoh-tokoh non-Muslim dapat diterima untuk mewakili PAS,” tambahnya.

Dalam kampanye di daerah pemilihannya Ayer Hitam minggu terahir April lalu, Hu Pang Chaw didampingi rombongan yang terdiri antara lain lima wanita Melayu berjilbab.

Seorang warga Cina di sana, Tang Ah Lok, 63, mengatakan, “Inilah untuk pertama kalinya saya lihat warga Muslim mendukung secara terbuka calon China beragama Kristen.”

“Ini pertanda bagus dan menunjukkan gelombang baru pemimpin,” kata Tang Ah Lok dalam bahasa Mandarin kepada harian the Straits Times.

Hu Pang Chaw sendiri mengatakan selama kampanye, ia juga mendapatkan banyak dukungan dari pemilih China.

“Masyarakat China telah mengambil contoh apa yang telah dilakukan PAS di Kelantan, bahwa mereka bisa adil kepada semua kelompok,” kata Hu.

Kelantan merupakan salah satu daerah yang dimenangkan oleh Partai Islam Se-Malaysia ini.

Ketua Pemuda PAS untuk wilayah Kuala Lumpur, Kamaruzaman Mohamad, menyatakan dicalonkannya Hu Pang Chaw merupakan “pertanda bahwa perjuangan PAS walaupun atas nama agama, tetap dapat diterima baik oleh penganut bukan agama Islam.”

Bukan hanya PAS yang mengajukan calon dari lintas ras dan agama.

Partai Tindakan Demokrasi, DAP -partai sekuler dengan sebagaian besar pemilih warga Malaysia keturunan China- memilih Mahdzir Ibrahim sebagai salah satu calon mereka.

DAP dan PAS termasuk bagian dari partai oposisi bersama Partai Keadilan yang tergabung dalam Pakatan Rakyat, kelompok oposisi pimpinan Anwar Ibrahim yang menghadapi koalisi yang memerintah, Barisan Nasional dalam pemilihan umum Malaysia.

Kecenderungan menarik calon dari lintas etnik dan agama ini dilakukan untuk menarik suara dari berbagai kelompok dan agama, kata Ahmad Nidzamuddin Sulaiman, dosen pusat kajian etnik, Fakultas Ilmu Politik, Universiti Kebangsaan Malaysia.

RENTAN PECAH

“Saya kira hal ini (langkah menarik calon dari kelompok agama dan ras lain) bisa menarik suara (pemilih). Ini bisa terlihat dari dukungan yang diberikan,” kata Nidzam kepada BBC Indonesia.

“Misalnya di rumah orang Cina ada bendera PAS dan di kampung Melayu ada bendera DAP. Saya rasa dalam pemilu kali ini, partai-partai itu dapat menarik suara dari berbagai kelompok.”

“Mereka mengurangi sentimen etnik demi kerja sama untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok,” tambah Nidzam.

Tetapi Nidzam menyatakan isu besar seperti agama masih dapat menimbulkan perselisihan di kemudian hari.

“Dalam sejumlah hal seperti budaya dan pendidikan berjalan dengan baik kerjasama selama ini, namun isu agama, seperti pemerintahan dengan hukum Islam yang diangkap PAS dapat menjadi sumber perselisihan PAS dengan DAP misalnya,” kata Nidzam.

China Kristen 3Nidzam mengatakan terbaginya masyarakat Malaysia dari sisi etnik, budaya dan agama yang tercermin dari sisi politik masih tetap akan sulit untuk dihapus terutama di kalangan akar rumput.

“Di kalangan masyarakat awam, (terbaginya masyarakat) tidak semudah itu dihilangkan. Sentimen tetap ada.”

“Jadi bila ada satu kasus, tidak mengherankan suatu saat nanti akan meletup (pecah) lagi ketegangan antar etnis lagi,” kata Nidzam.

MELIHAT INDONESIA

Membaca berita BBC Indonesia di atas, ingatan saya segera menuju kepada PKS di sini, yang baru saja mencalonkan pendeta sebagai calegnya.

Saya gembira sekaligus bingung. Gembira karena , akhirnya partai-partai Islam, sektarian inklusif menyadarai perlunya keterbukaan dan dukungan kalangan di luar Islam, non muslim, bukan hanya sebagai anggotanya dan sekadar pemberi suara, melainkan juga sebagai tokoh-tokoh penentunya, anggota parlemen.

Saya bingung, karena mereka tidak meninggalkan paham eksklusifnya, dan ngotot menerapkan hukum hukum agamanya, di tengah masyarakat yang makin plural. Ternyata, di masa lalu,  para Bapak Pendiri Bangsa (faunding fathers) kita sudah berpikir jauh ke depan, sehingga tersusunlah Ketuhanan yang Maha Esa sebagai Sila Pertama dalam Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara kita.

Saya ingin mendengar mereka yang selama ini melecehkan pluralisme dan sekularisme - pemisahan agama dan negara, bahkan menempatkannya sebagai ajaran haram - bersama-sama liberalisme, sebagaimana telah difatwakan MUI - atas perkembangan mutakhir di negeri jiran yang resmi menemparkan Islam sebagai agama negara ini.

Juga tokoh-tokoh yang mengharamkan orang non muslim sebagai pemimpin, sebagaimana digembar-gemborkan Rhoma Irama dalam kampanye pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, saat menjegal tampilnya Basuki Tjahaja Purnama alias A Hok tempo hari .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun