Ada doa serta lantunan syair yang datang dari penghulu
Menyisir diri hingga ke hilir namun ia menyatu desau angin
Rumput-rumput memeluk tabah dan kepasrahan
Atas matahari dan jejak-jejak kaki penuh debu
Yang membuat tubuhnya lusuh namun tetap bertumbuh
Langit masih tetap setia memandang kisahnya
Ada teriakan yang mengerang di sudut kemah
Namun diredam dalam kesunyian
Hanya langkah dan pena yang bergerak
Dingin menusuk hingga kulit melebam
Pecah dan gersang mengemas ketiadaan
Angan hanyalah kesia-siaan
Senyum hanyalah penawar
Kembali aku pada liris harmoni
Melintang waktu mengecap makna
Akar dan kediamannya tak pernah peduli jika tak nampak
Ia hanya mencari dan mengisi layaknya mengasihi
Agar tumbuh lalu merengkuh
Patah lagi dan mencecap peluh
Di setiap serabut akar kenikmatan, perjuangan dan ketabahan
Rinduku rindu di antara kesunyian
Antara luka dan air mata kata-kata hampa
Pecah dan melebur dalam pilu
Kebenaran hanyalah tak pernah sampai
Aku tak ingin mengenal lagi
Apa itu sepoi angin, mengapa ia adalah tanah
Yang tubuhnya ditumbuhi rerumputan
Menyanyikan lagu pengkhianatan dan aku tak ingin lagi
Mendengar untuk terluka
Mencari untuk terjatuh
Dan menghilang untuk kelahiran anak manusia
Maria Wona