Mohon tunggu...
Maria Wona
Maria Wona Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Riung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pulang

15 Maret 2021   10:09 Diperbarui: 15 Maret 2021   10:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kupetik rindu yang bertengger di ranting pohon cemara
Ada doa serta lantunan syair yang datang dari penghulu
Menyisir diri hingga ke hilir namun ia menyatu desau angin

Rumput-rumput memeluk tabah dan kepasrahan
Atas matahari dan jejak-jejak kaki penuh debu
Yang membuat tubuhnya lusuh namun tetap bertumbuh
Langit masih tetap setia memandang kisahnya

Ada teriakan yang mengerang di sudut kemah
Namun diredam dalam kesunyian
Hanya langkah dan pena yang bergerak

Dingin menusuk hingga kulit melebam
Pecah dan gersang mengemas ketiadaan
Angan hanyalah kesia-siaan
Senyum hanyalah penawar

Kembali aku pada liris harmoni
Melintang waktu mengecap makna
Akar dan kediamannya tak pernah peduli jika tak nampak
Ia hanya mencari dan mengisi layaknya mengasihi

Agar tumbuh lalu merengkuh
Patah lagi dan mencecap peluh
Di setiap serabut akar kenikmatan, perjuangan dan ketabahan

Rinduku rindu di antara kesunyian
Antara luka dan air mata kata-kata hampa
Pecah dan melebur dalam pilu
Kebenaran hanyalah tak pernah sampai

Aku tak ingin mengenal lagi
Apa itu sepoi angin, mengapa ia adalah tanah
Yang tubuhnya ditumbuhi rerumputan
Menyanyikan lagu pengkhianatan dan aku tak ingin lagi

Mendengar untuk terluka
Mencari untuk terjatuh
Dan menghilang untuk kelahiran anak manusia

Maria Wona

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun