Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Cilegon Akur Sedulur, Pak Wali dan Pak Wakil Sudahi Tetukaran Sebatur!

10 Agustus 2022   05:26 Diperbarui: 10 Agustus 2022   05:33 1032 6


Seperti kaca jatuh yang membuatnya terpecah menjadi banyak kepingan. Umpama yang bisa disematkan pada kondisi politik di Kota Cilegon saat ini.

Berawal dari curahan hati Pak Wakil Wali Kota Cilegon yang tidak dilibatkan dalam persoalan pembahasan, penempatan dan pelantikan ratusan pejabat di Lingkungan Pemkot Cilegon pekan lalu.

Akibatnya tak hanya menjawab kebenaran isu tidak harmonis dengan Pak Wali, tapi juga muncul kelompok-kelompok pendukung dan lawan di antara dua kubuh.

Saat ini seperti terbentuk ada kelompok kampret dan cebong. Ada pendukung Pak Wali yang membela dengan menyalahkan Pak Wakil, ada pula yang mendukung Pak Wakil dengan menuduh Pak Wali bersalah.

Konflik yang dibuat-buat ini pun dikhawatirkan menimbulkan pandangan apatis dari masyarakat. Program pembangunan minus dan realisasi janji kampanye kedodoran, malah kini dipertontonkan konflik internal Pak Wali dan Pak Wakil yang jadi konsumsi publik.

Jika sudah begini, apalah artinya semboyan Kota Cilegon, yaitu "Akur Sedulur Jujur Adil Makmur?"

Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2000 tentang lambang daerah, disebutkan bahwa semboyan "Akur Sedulur" memiliki arti wacana dan konfigurasi masyarakat Indonesia yang perlu tetap indah terjalin dalam wujud persatuan yang utuh, harmonis, saling mendukung, damai dengan sesama, rasa saling menghargai dalam kehidupan yang kosmopolitan dan multi etnis.

Semboyan yang dibuat sangat bagus untuk menyatukan persepsi kebersamaan dalam membangun Kota Cilegon, meski pada kenyataannya saat ini, realisasi tidak sesuai ekspektasi.

Menuju dua tahun kepemimpinan Pak Wali dan Pak Wakil banyak catatan merah dan nyaris tanpa adanya pembangunan yang berdampak pada manfaat kesejahteraan masyarakat.

Gagal lelang dan Silpa tinggi, serta ketidakmampuan Pemkot Cilegon memberikan pelayanan dasar pada masyarakat juga jadi catatan merah di tahun pertama menjabat.

Belum lagi mengingat janji politik dengan Kartu Cilegon Sejahtera (KCS) yang saat ini masih gaib, serta 10 janji kampanye yang begitu indah dalam imaginasi di kepala masyarakat yang hidup di kota modern dan bermartabat.

Pak Wali dan Pak Wakil yuk bisa seperti foto-foto saat kampanye Pilkada Kota Cilegon 2020 lalu. Harmonis dengan foto berdua di sawah sebagai petani, sebagai penjual bakso, naik angkot berdua, dan foto-foto manipulasi lainnya yang mampu meraup banyak suara simpati masyarakat Cilegon.

Jangan lama-lama tetukaran sebatur (berantem). Inget, ajaran Islam menegaskan dilarang saling membenci tidak lebih dari 3 hari (HR. Muslim).

Entah seberapa besar konflik yang terjadi antara Pak Wali dan Pak Wakil, sebaiknya saling introspeksi diri. Kota Cilegon masih butuh Pak Wali dan Pak Wakil bekerja untuk kesejahteraan masyarakat.

Melihat Pak Wali dan Pak Wakil akur saja sudah bahagia. Minimal sebagai masyarakat ada harapan pembangunan infrastruktur dan SDM berjalan hingga akhir jabatan.

Sudah ya, Pak. Emang berat untuk memperbaiki kaca yang sudah hancur. Demi masyarakat Kota Cilegon hilangkan ego kepentingan pribadi masing-masing.

Jangan jadikan konflik ini menjadi pemecah dan kegaduhan. Apalagi masyarakat sudah berani menagih janji perbaikan jalan ajur mukmuk (rusak parah). Pak Wali harus siap menghadapi semua itu dengan jiwa kesatria.

Masyarakat sudah melek politik, bukan keributan antar kepentingan, tapi yang dipegang dari seorang pemimpin adalah pembuktian dari janji-janji manis yang sudah ditebarkan.

Fokus saja strategi mengatasi angka pengangguran dan kemiskinan masih melambung tinggi. KCS dan janji kampanye seolah ditelan gelombang lautan. Belum lagi realisasi RPJMD entah sampai mana?

Sudahi tetukaran sebatur. Sudah bagus Kota Cilegon punya semboyan "Akur Sedulur Jujur Adil Makmur." Jika merasa tak mampu kembali akur, masih ada bendera putih untuk dikibarkan sebelum Cilegon jadi ajur mukmuk.
 






KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun