Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Adab Antarsesama Teman

1 Desember 2022   10:41 Diperbarui: 1 Desember 2022   10:43 304 2
"Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) diturunkan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak", (HR. Imam Bukhari)

Dalam pandangan Islam terdapat tiga konsep dasar adab yang berlaku dalam interaksi: Hablum min Allah, Hablum min An-Nas dan Hablum minal 'alam. Dari tiga konsep dasar adab tersebut ustadzah Nisa (panggilan akrab) dalam amanat upacara bendera Senin (28/11/2022) mendedahkan adab di antara sesama teman.

Adab di antara sesama teman termasuk spesifikasi persoalan Hablum min An-Nas berdasarkan kontekstualitas ruang lingkup lingkungan interaksi sosial di dalam lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Islam sendiri sudah barang tentu harus menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah sebagai karakter seluruh sumber daya manusia lembaga yang ada di dalamnya.

Hal yang demikian merujuk pada salah satu tugas pokok dan fungsi lembaga pendidikan yang berkeharusan membangun karakter positif seluruh peserta didik, tak kecuali sumberdaya manusia lembaga yang bernaung di dalamnya.

Dalam ajaran Islam keharusan membangun karakter positif tersebut mengacu pada Uswatun Hasanah yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam surah Al-Ahzaab ayat 21.

  .
 
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Di lain tempat, tepatnya dalam surah Al-Qalam ayat 4 ditegaskan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang berbudi pekerti luhur dan mulia.

.
 
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". Makna kata kamu tersebut merujuk pada Rasulullah SAW.

Melalui kandungan dua ayat tersebut secara saksama kita dapat mengetahui kepribadian Rasulullah SAW yang merupakan manusia pilihan yang dikaruniai akhlak (budi pekerti) yang sangat mulia dan agung daripada umat manusia yang lain. Hal itu pula yang kemudian menjadi alasan utama mengapa kaum muslimin harus meneladani Rasulullah SAW dalam berinteraksi sosial.

Penegasan tersebut lantas diperkuat melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Innamaa Bu'itstu Liutammima makarimal akhlaq. "Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) diturunkan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".

Bersandar pada Uswatun Hasanah yang melekat pada diri Rasulullah SAW tersebut seorang siswa selaiknya memiliki enam adab dalam berinteraksi di antara sesama teman. Keenam abad tersebut ialah sebagai berikut.

1. Uluk salam
Seorang siswa yang berakhlak mulia sudah seharusnya tatkala bertemu dengan teman-temannya yang lain baik itu di lingkungan sekolah atau pun di tempat lain utamakan mengucapkan uluk salam.

Sebaik-baiknya uluk alam, dalam ajaran Islam adalah mengucapkan, "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh". Sementara teman komunikatornya hukumnya wajib menjawab salam, "Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh".

Dalam prakteknya pengucapan uluk salam itu dilakukan dengan bermusyafahah sembari memberikan senyuman manis yang kita miliki kepada orang yang bersangkutan.  Uluk salam ini juga harus mengindahkan aturan batasan mahram yang berlaku dalam Islam.

Setelah uluk salam, bisa juga mengucapkan selamat pagi dan menanyakan kabar sebagai bentuk keakraban. Keakraban yang kemudian berhubungan banyak dengan ukhuwah islamiah di antara sesama teman.

2. Saling menghargai
Jenjang kelas, perbedaan usia dan latar belakang keluarga di antara para siswa-siswi adalah fakta yang tak dapat dinafikan. Akan tetapi perbedaan itu bukan dijadikan penghalang untuk melakukan proses interaksi sosial.

Hal yang harus terjadi di balik perbedaan itu justru interaksi-interkoneksi sosial lintas kelas tersebut akan menghadirkan rasa cinta, kasih sayang dan kepedulian di antara para siswa. Utamanya akan memunculkan sikap saling menghargai di antara satu sama lain.

Saling mengharagai di antara satu sama lain ini peting dilakukan karena menyangkut kualitas dan capaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh para siswa-siswi selama di sekolah. Tanpa lingkungan sosial yang mendukung potensi masing-masing siswa sulit akan berkembang.

Dalam konteks membangun interaksi sosial yang efektif dan mendukung tumbuh kembang potensi semua siswa-siswi yang ada tersebut maka kiranya semua siswa-siswi wajib taat dan disiplin mematuhi aturan pedoman hidup yang berlaku dalam lembaga.

3. Julukilah Teman dengan Nama dan Sebutan yang Baik

Salah satu problematika yang telah
menjadi budaya akar rumput dalam pertemanan di lingkungan sekolah adalah membuat julukan yang tidak elok terhadap teman yang lain. Ironisnya penjulukan itu terkadang mencutat dan kerap kali menggantikan nama asli siswa-siswi dengan nama orangtuanya.

Jikapun tidak demikian mereka santer menjuluki teman yang lain dengan sebutan yang tampak tidak manusiawi dan sebangsa kontroversial. Hal itu tentu harus dihapuskan dari budaya sosial lingkungan sekolah. Sebab melalui sebutan, panggilan dan mengganti nama teman sembarangan itu berarti telah memicu api dalam pertemanan.

Di lain sisi, dalam pandangan Psikologi, budaya mengganti sebutan dan julukan itu termasuk bullying verbal. Bullying verbal yang bisa saja membuat victim merasa ciut, minder dan tertekan psikisnya. Karena sebutan yang tidak elok itu pula konflik di antara sesama teman bisa mencuat ke permukaan.

Bahkan budaya julukan serampangan itu bisa menimbulkan kemarahan (ghodob) manakala orangtua dari anak yang bersangkutan mengetahui. Mengapa demikian? Sebab pada dasarnya setiap nama yang disematkan kepada orang adalah do'a. Do'a yang semakin lanyah diucapkan maka akan menjadi karakter, watak dan kepribadian orang yang memiliki nama tersebut.

Atas dasar itu pula maka mari julukilah teman-teman yang berada di sekitar lingkungan hidup kita semua dengan menggunakan nama, istilah dan gelar yang mulia. Sebab bisa jadi seseorang tersebut akan hadir dan tumbuh-kembang menjadi sosok yang kerap kita panggil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun