Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Sosok Afriska, Perempuan Yang “Menyodomi” Dalam Kasus JIS

21 April 2015   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:49 204 0
Kasus kekerasan seksual di Jakarta Internasional School (sekarang ‘I’ menjadi Intercultural) atau JIS, telah menjadi perhatian media massa secara luas. Bukan hanya karena tuduhan itu terjadi di sekolah internasional terkemuka, namun juga karena banyak kejanggalan terjadi dalam kasus ini.

Salah satu kejanggalan, seorang pelaku yang dituduhkan adalah perempuan muda usia 24 tahun bernama Afriska. Wanita ini bahkan dituduh sebagai pelaku ‘sodomi’ atas MAK, siswa TK di JIS berusia 6 tahun. Secara kejam, media massa sempat menuduh Afriska adalah dalang perbuatan tersebut dan membantu memuluskan aksi “Bejad” pelaku pria.

Banyak pihak meragukan tuduhan itu, apalagi diawal tuduhannya tak logis samasekali yaitu perempuan menjadi pelaku sodomi. Keraguan ini bahkan sempat muncul di Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

“Secara akal sehat, saya tak percaya kalau Afriska terlibat dalam perbuatan itu. Perempuan itu punya perasaan halus, apalagi terhadap anak kecil,” kata Sekretaris Kompolnas, Syafrudin Cut Ali dalam pertemuan keluarga tersangka dengan Kompolnas di Jakarta.

Keraguan-keraguan itu mendorong publik mencari tahu, siapa sebenarnya sosok Afriska itu. Wanita seperti apakah dia, yang bisa ikut dituduh terlibat dalam kasus kejahatan seksual berat itu.

Anak tukang sayur tulang punggung keluarga

Memeriksa data-data seorang Afriska cukup menarik, banyak hal yang tak terungkap kepada publik. Gadis berusia 24 tahun ini, lahir di sebuah kota bernama Kudus, Propinsi Jawa Tengah.

Afriska bukanlah anak keluarga berada, sehingga ia harus ikut bekerja keras dalam menghidupi keluarganya. Ibunya adalah seorang pedagang sayur dikampungnya, sehingga tak mungkin bagi Afriska bergantung pada sang Ibu yang sudah renta pula. Penghasilan tak seberapa dari ibunya yang seorang janda tua penjual sayur di kampung, memaksa Afriska mengadu nasib di Jakarta.

Sebuah nilai pendidikan tentang kehidupan yang diterimanya dari sang ibu, bahwa dengan kerja keras mereka bisa bertahan hidup. Namun seperti remaja lainnya, Afrischa juga hobi membaca. Untuk diketahui, dia juga adalah seorang mahasiswa jurusan  matematika yang cukup cerdas. Selain itu, Afrischa gemar berolahraga seperti bermain voli.

Setelah lulus dari sekolah tinggi, dia datang untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Namun mendapatkan pekerjaan impiannya, memang bukan perkara mudah. Setelah mencari kesana-kemari, akhirnya Afriska dipekerjakan oleh PT ISS, sebuah perusahaan yang berpusat di Denmark yang membuka cabangnya di Jakarta.

Awalnya, tugas pertama yang diterimanya adalah di Rumah Sakit Prikasih, Jakarta Selatan. Tentu saja keluarga senang dengan berita gembira itu. Sebagai anak tertua dari empat bersaudara, Afriska memberikan sebagian penghasilannya untuk membayar biaya sekolah adik dan saudara-saudaranya.

Di Rumah Sakit Prikasih itulah, kisah cintanya bersemi. Ia bertemu lelaki yang kemudian menjadi tunangannya, seorang teknisi di Rumah Sakit tersebut. Dari tunangannya itulah, ia juga jadi hobi memanjat gunung.

Badai fitnah membuyarkan rencana nikah

Hubungan cinta Afrischa rupanya akan berlanjut ke jenjang lebih serius, ketika mereka berdua merencanakan pernikahannya di bulan Oktober 2014. Bahkan, resepsi juga direncanakan akan dilaksanakan 2 kali. Pertama diselenggarakan di kampung Afrischa di Kudus, lalu juga di Jakarta pada bulan Januari 2015 sebagai penghormatan bagi teman-temannya yang mungkin tak bisa hadir di Jawa Tengah. Afrischa bahkan sempat menghayalkan, ia akan menggunakan kebaya putih sebagai pakaian pengantinnya nanti.

Namun, kepindahannya bertugas pada November 2013 ke Kampus JIS di Pondok Indah ternyata menjadi awal bencana bagi dirinya. PT ISS memindahkan Afrischa ke JIS, dan diberikan tanggung jawab untuk menyediakan layanan cuci atau laundry.

Tujuh bulan kemudian, tanpa tahu kesalahan apa yang dilakukannya, Afrischa dijemput oleh petugas dari Polda Metro Jaya dan tak kembali lagi ke rumah kost itu setelahnya. Tuduhannya, Afriska menyodomi MAK siswa TK JIS di tempatnya bertugas.

Sejak awal, Icha mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Ia memang tak pernah melakukan perbuatan itu, apalagi secara logika ia adalah perempuan. Selama masa penahanan, Afrischa satu-satunya tersangka yang didampingi pengacara sehingga selamat dari siksaan dan pemaksaan untuk menandatangani BAP yang telah diatur isinya.

Namun akibat pengakuan terpaksa 4 petugas lainnya, Afrischa terjerat dalam kasus yang irasional tersebut. Tuduhan melakukan sodomi, beralih menjadi membantu perbuatan tersebut.

Selama menjalani masa tahanan dan proses pengadilan, tunangan Afrischa menunjukan kesetiaan luarbiasa dengan tak pernah absen untuk mendampinginya. Ia percaya seratus persen, Afrischa tak bersalah dan tuduhan itu hanyalah fitnah keji.

Bahkan saat Afrischa di vonis dengan hukuman 7 tahun penjara secara semena-mena, tunangannya justeru menghibur dirinya.

“Icha, di dunia mungkin banyak gadis-gadis cantik dan setia di luar sana. Namun kamu adalah gadis luarbiasa yang diciptakan khusus untukku. Tak ada alasan bagiku meninggalkanmu, karena aku tahu engkau tak bersalah. Aku akan menunggu untuk Anda, berapapun nanti lamanya waktu yang dibutuhkan hingga engkau bebas, “itulah ucapan calon suaminya itu.

Setelah hakim membacakan kalimat putusannya, Afrischa menegakkan bahunya serta mengangkat kepalanya. Ia berjalan mendekati bangku untuk berjabat tangan mereka. Anehnya, tak satu pun dari mereka mau menatap matanya.

Setelah putusan itu, rumah bagi Afrischa adalah penjara yang akan ditinggalinya selama 7 tahun ke depan. Ia terpisah dengan adiknya dan ibunya yang selama ini dibiayai hidupnya dari kerja kerasnya. Ia harus rela, impiannya mengarungi bahtera rumah tangga bersama tunangannya buyar seketika oleh badai fitnah “Kasus JIS” itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun