Ia klimis dan wangi, macam baju hasil
setrika. Tidak, aku tidak cemburu.
Gaya bicaranya taktis, berwawasan luas,
mengesankan. Samar-samar ingatkanku pada Noboru Wataya*. Tidak, aku tidak cemburu.
Jika dunia berubah tanah asing
yang hanya ditinggali
aku, kamu, dan dia,
kita bisa hidup damai.
Sungguh. Dan aku
tidak cemburu.
Memandangmu memandanginya
dengan tatapan memuja dan
tarikan lenganmu di ujung kemeja
agar ia mengalihkan fokus
dari bias sinar layar,
kutandai betul.
Bukan berarti aku cemburu.
Pada beberapa waktu,
kupanggil juga dia.
Berbincang kami
tentangmu.
Tak ada itu cemburu.
Pada beberapa waktu
kupanggil juga dia
Ayah.