Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Merpati Yang Tak Kenal Poligami

3 September 2012   07:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:58 8633 2
Merpati melambangkan banyak hal. Perdamaian misalnya. Merpati juga simbol cinta kasih. Namun, yang abadi, merpati adalah kisah panjang tentang kesetiaan cinta, cinta sejati.



Ia menjadi inspirasi kehidupan. Namun, meski lama menjadi suri tauladan umat manusia, misteri perilakunya masih sangat luas untuk dikaji lebih mendalam. Dari merpati kita bisa belajar banyak tentang arti mencintai, kesetiaan dan keikhlasan berbagi beban dengan pasangan.

Bayangkan, masa berpacaran, lalu mengucap janji setia, sampai akhirnya mati, semuanya tak hanya sekedar bunga kemesraan semata. Pasangan merpati melewati saat demi saat dengan selalu berdua. Bersama mereka mengerjakan tugas suami-istri, satu sama lain saling mendukung. Sungguh bikin iri kita, manusia.

Membuat sarang berdua



Ketika seekor merpati beranjak dewasa, ia mulai mencari pasangan lawan jenis. Seperti dilakukan oleh semua bangsa burung, jurus-jurus cinta dilakukan dengan berbagai cara untuk memikat calon pasangannya. Biasanya merpati jantan akan mengibas-ibaskan sayapnya, memamerkan keindahan bulu-bulunya, dan akan terus berusaha mendekat kemanapun si betina pergi.

Apabila cinta si jantan diterima, biasanya perilakunya akan semakin agresif, yakni dengan berusaha mencium si betina. Cara berciuman mereka agak mirip dengan cara berciuman manusia, saling mematuk dengan patukan yang penuh kelembutan.

Berbeda dengan hewan-hewan lain, burung merpati kurang suka berganti-ganti pasangan. Apalagi berpoligami. Sekali pilih pasangan untuk seumur hidup, kecuali bila ada salah satu yang mati terlebih dahulu. Atau dipisah kandang oleh si empunya, bila itu merpati piaraan.

Setelah menemukan pasangan yang saling suka, biasanya mereka akan segera membuat sarang. Aktivitas membuat sarang dilakukan dengan merajut lembar demi lembar rumput-rumput kering. Sarang dibuat di atas pohon yang rimbun untuk menghindari tetesan air hujan dan terik sinar matahari. Uniknya, jika pada burung lain, aktivitas membuat sarang biasanya dilakukan oleh si jantan saja, pada merpati, sang betina pun ikut repot membantu.

Nah, apabila sarang yang ideal sudah siap huni, berarti saatnya untuk melangsungkan pernikahan, eh perkawinan.

Masa-masa bulan madu



Masa-masa terindah dalam kehidupan sepasang merpati adalah masa-masa bulan madu. Mereka bersuka ria sepanjang hari dan beberapa kali melakukan aktivitas seksual, sebelum akhirnya si betina memasuki masa bertelur.

Berbeda dengan bangsa burung lain, ayam misalnya, yang bertelur dalam jumlah banyak yakni 6-10 butir dalam sekali masa produksi, jumlah telur yang dihasilkan merpati betina hanya sedikit, yakni dua butir saja. Pada kondisi tertentu terkadang bertelur tiga butir.

Mengapa jumlah telur yang dihasilkan cuma dua butir? Ini sebuah pertanyaan yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Nanti kita akan tahu, bahwa dihasilkannya hanya dua telur dalam satu masa produksi ternyata merupakan strategi yang sengaja dilakukan oleh merpati. Hal ini mengingat keterbatasan kemampuan mereka dalam menghadapi banyaknya hambatan saat merawat dan membesarkan anak-anak.

Pasangan merpati itu seperti sangat menyadari, setelah masa-masa indah berlalu, di depan sudah menunggu masa-masa sulit, bahkan masa paling sulit dalam kehidupan pertama mereka sebagai calon induk. Masa yang penuh pengorbanan dan perjuangan untuk dapat mempertahankan hidup dan garis keturunannya.

Beban kehidupan yang berat dimulai ketika pasangan merpati memasuki masa pengeraman. Telur-telur merpati yang hanya dua butir itu harus dapat menetas semuanya, mengingat mereka tidak memiliki cadangan telur lagi. Telur merpati harus mendapatkan panas yang cukup dan dengan suhu yang stabil. Untuk itu biasanya aktivitas pengeraman dilakukan oleh kedua pasangan secara bergantian. Berbeda dengan burung lain yang aktivitas mengeram hanya dilakukan oleh si betina saja.

Mereka membagi dua shift dalam sehari, sehingga masing-masing mendapatkan bagian mengeram selama 12 jam. Untuk mencukupi kebutuhan energi selama berpuasa, merpati memanfaatkan lemak yang ada dalam tubuhnya. Aktivitas makan baru bisa dilakukan ketika merpati memasuki jam bebas mengeram, sekaligus dimanfaatkan untuk istirahat dan memulihkan energi.

Tampaknya kegiatan mengeram ini merupakan beban yang cukup berat bagi keduanya. Berat badan mereka biasanya akan turun secara drastis, berpuasa selama mengeram benar-benar menguras cadangan lemaknya. Walaupun demikian kedua merpati terlihat seperti tambah gemuk, karena menjelang pengeraman bulu-bulunya akan tumbuh sangat lebat. Aktivitas mengeram biasanya akan berlangsung selama 20 hari.



Dua anak cukup



Dalam sekali masa mengeram, merpati hanya akan menetaskan dua telur saja. Jadi, seandainya mereka memiliki tiga telur, maka satu telur akan gagal menetas. Setelah telur menetas, pekerjaan belum usai, karena sesungguhnya kesulitan hidup baru saja dimulai.

Burung merpati merupakan jenis burung artifisial, yakni jenis burung yang merawat anaknya setelah menetas, sebelum mereka mampu mencari makan sendiri. Agar anak-anak merpati yang baru menetas dapat bertahan hidup kedua induknya harus menyuapinya dengan jenis makanan yang halus.

Anak-anak merpati yang baru menetas belum dapat mencerna makanan berupa biji-bijian. Makanan yang diberikan berupa makanan cair yang berwarna putih kekuning-kuningan, yang dikeluarkan dari paruh induknya. Para ilmuan zoologi memberi nama makanan tersebut, susu merpati.

Umumnya, susu hanya dihasilkan oleh bangsa mammalia saja, tetapi ternyata anak-anak merpati ini minum susu juga. Sebagaimana susu mammalia, susu merpati juga memiliki kandungan protein yang tinggi. Selain kaya protein susu merpati juga terbukti lebih efektif dibanding susu mamalia. Anak dari hewan mamalia butuh waktu 10 hari untuk mencapai kenaikan dua kali berat badan, sedangkan anak merpati cukup membutuhkan waktu 2-3 hari saja untuk melipatduakan berat-badannya.

Dari mana susu ini keluar, padahal kita tahu bahwa bangsa burung tidak memiliki kelenjar mammae atau kelenjar susu? Ternyata, kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar susu merpati adalah organ tembolok. Dalam kondisi normal tembolok berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Fungsi ini beralih ketika merpati memasuki masa mengeram dan menyusui. Itulah sebabnya mengapa merpati puasa saat mengeram, karena perubahan fungsi tembolok sudah dimulai pada saat itu. Hal ini sekaligus  menjadi penjelasan, kenapa pasangan merpati tidak dapat menyimpan cadangan makanan dalam temboloknya selama masa mengeram, sehingga mengakibatkan penurunan berat badan yang cukup drastis.

Proses pembentukan susu merpati, dimulai sesaat setelah mata merpati melihat ada telor di dalam sarang. Selanjutnya informasi tersebut langsung dikirim ke otak. Informasi diolah di otak, kemudian otak merespon dengan memerintahkan tubuh untuk mensekresi hormon prolaktin dalam darah. Hal ini telah diperkuat dengan suatu uji coba mempergunakan buatan. Kandungan prolaktin dalam darah ternyata dapat ditemukan pada merpati yang tidak sedang bertelur ketika diletakkan benda mirip telur dalam sarangnya.

Hormon prolaktin inilah yang selanjutnya bertanggung jawab terhadap pembentukan susu merpati. Tahap pembentukan susu merpati dalam tembolok dimulai dengan adanya penebalan lapisan-lapisan pembentuk dinding tembolok. Tembolok yang berfungsi menyimpan cadangan makanan bagian dalamnya berbentuk kantong atau lumen. Penebalan lapisan dinding tembolok menyebabkan kantong atau lumen tembolok menjadi semakin sempit. Ketebalan akan semakin tinggi dan mencapai ketebalan maksimal menjelang telur-telur merpat menetas.

Bapak pun menyusui



Hakikat susu merpati sesungguhnya adalah hasil peluruhan lapisan paling atas dari beberapa lapisan penyusun dinding tembolok yang mengalami penebalan. Lapisan yang meluruh tersebut berubah menjadi cairan yang terkumpul dalam rongga tembolok dan siap untuk disuapkan pada anak merpati yang baru menetas. Selain dengan cara disuapkan, terkadang anak-anak merpati yang kelaparan mengambil sendiri susu merpati dari paruh induknya.

Pembentukan susu merpati ini tidak hanya terjadi pada merpati betina saja, melainkan juga terjadi pada merpati jantan, sehingga pekerjaan menyusui ini tidak hanya dilakukan oleh merpati betina saja, melainkan juga oleh merpati jantan secara bergantian. Pemberian susu merpati ini dilakukan selama hampir sebulan.

Setelah seluruh lapisan paling atas dari dinding tembolok habis diluruhkan, luas rongga tembolok hampir berangsur-angsur kembali seperti semula. Selanjutnya fungsi tembolok kembali lagi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.

Sedangkan secara hormonal perubahan kandungan estrogen dalam darah yang semula meningkat juga mulai menurun, demikian pula dengan kadar prolaktin dalam darah akan menurun pula. Pada masa-masa tersebut anak-anak merpati biasanya sudah mampu mandiri, makan sendiri makanan berupa biji-bijian.

Dari sini kita dapat melihat bahwa dalam kehidupan yang semakin berat dan penuh persaingan, pasangan merpati mampu bertahan hidup dengan cara kerjasama dalam membagi beban. Seberat apapun merawat dan membesarkan anak, akan terasa ringan bila dikerjakan secara bersama-sama. Pekerjaan mengeram dan menyusui yang dilakukan oleh merpati jantan, ternyata tidak membuat harga diri si jantan jatuh, melainkan justru menjadikannya suri tauladan bagi pria sejati.

Catatan:

Pernah dimuat di Majalah Intisari Bulan November 2008

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun