Dengan hati-hati aku memberanikan diri untuk mengambil keputusan itu. Aku tahu keputusanku itu, akan membuat kita berjarak dan menjadi tak biasa.
Rasa cinta yang kurasa, belum mampu membuatku yakin atas ajakan menikah darimu. Pada dirimu, aku belum bisa menemukan kesungguhan untuk bersama membina rumah tangga.
Meski aku yang memilih untuk berpisah, namun perpisahan itu tetap menyakitkan perasaanku. Dan aku tahu, bahwa aku sudah bukan lagi menjadi gula untuk kopi yang biasa kau nikmati.
Biarlah aku menjalani apa yang menjadi pilihanku, sementara kau menjalani rencana pernikahanmu dengan orang lain. Berbahagialah untuk pernikahanmu.
Maka sebenarnya, kita memang tidak akan pernah berakhir pada kata kita. Kebersamaan kita pun akan sirna dan menghilang.
***
Lusy Mariana Pasaribu