Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Menghormati Senior, Menghindari Senioritas

9 Agustus 2021   20:07 Diperbarui: 9 Agustus 2021   20:36 878 40
Selama beberapa hari ini Mas Dab ribut bukan kepalang. Dia merasa saya telah menelikungnya atau, lebih tepatnya, ingkar kata. Ya bagaimana lagi, situasi memang tidak memungkinkan. Saya tidak bisa memenuhi segala maunya secepat mungkin atau, bahasa Jawa-nya, sakdhek saknyet.

Suasana hati mas Dab sebenarnya sedang santai. Libur mengajar masih satu minggu lagi. Justru karena santai itu, dia seperti tidak punya kerjaan. Jadinya, dia selalu mengganggu saya lewat telepon atau wa. Ganguan terakhir, Mas Dab telah merekam pendapatnya soal salah satu topik pilihan di Kompasiana, yaitu senioritas.

Berhubung saya sedang mager alias males gerak. Secara ogah-ogahan saya mencari cara mudah untuk menuliskan omongan mas Dab di rekaman. Malas rasanya kalau harus mengetikkan suaranya, apalagi dia sedang pilek. Setelah mencari-cari cara praktis di Youtube, akhirnya ketemu alat mentranskrip rekaman omongan mas Dab.


***
Buat mas Dab, usia memang belum menapaki tahapan lanjut menurut syarat prioritas usia lanjut mendapatkan vaksin. Begitu pula kenyataan masih ada beberapa dosen yang lebih senior di seruangan kantornya. Meski begitu, di usia 'seksi' alias seket luwih sithik (50 lebih sedikit) inidia sering juga dianggap senior.

Begitulah posisi relatif mas Dab sebagai senior. Dia seperti dimanjakan oleh posisi alamiahnya dari segi usia. Akibatnya, godaan menunjukkan senioritas sering menggelegak di dalam sanubari mas Dab.

Istilah senior biasanya merujuk pada usia paling tua dibandingkan warga lain sekantoran atau seruangan. Selain itu, senior juga berarti menjadi orang paling awal menjadi pegawai di seruangan. Mas Dab dan empat orang lainnya diterima bekerja di kantor itu di waktu yang sama. Mas Dab lebih tua lima tahun ketimbang teman-teman lainnya. Mereka adalah kelompok pertama dosen di kantor itu.

Lokasi kesenioran mas Dab hanya satu ruangan jurusan yang didiami maksimal 15 orang. Tidak pernah semua orang berkumpul bersama pada saat yang sama. Banyak alasan menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah melanjutkan studi di kota lain.

Singkat kata, mas Dab amat berhati-hati dengan senioritas. Dia takut dengan sindrom sok tua, merasa paling pintar, apalagi menganggap pikiran plus omongannya paling benar. Apalagi serentetan gelar akademik di namanya makin mengukuhkan kesenioran Dab di antara teman-temannya yang secara umur lebih tua.

Beberapa cara ini dilakukan mas Dab untuk menghindari senioritas.

Pertama, tetap rendah hati dan menghormati senior. Walaupun mas Dab lebih awal menjadi pegawai, dia tetap menaruh hormat kepada orang-orang yang berumur lebih tua di ruangan dan kantor.

Para senior adalah pemilik sejarah awal pendirian dan pengembangan kantor sebelum para dosen muda datang. Hubungan senior dan yunior di kampus seringkali tricky dan dilematis.

Bagi mas Dab, dosen yunior adalah pemilik pengetahuan dan perkembangan terbaru dalam pengetahuan. Hubungan yang seimbang dan dinamis perlu dibangun dengan para yunior.

Kedua, bekerja sama di dalam sebuah tim. Bekerja tidak hanya untuk satu-dua tahun saja, tetapi bisa hingga pensiun di kantor sama. Bekerja sama bisa menjauhkan individualisme. Memang ada kerja-kerja individu, namun kerjasama dengan rekan dosen lain selalu diupayakan.

Gara-gara keinginan bekerjasama itu, mas Dab dicurigai membangun kelompok ekslusif. Padahal kecenderungan itu bukanlah kesengajaan, namun lebih ke kecocokan dalam bekerjasama. Meskipun demikian, usaha mas Dab menjauhi senioritas bisa dilakukan.

Ketiga, menjauhi godaan menjadi serba sok atau paling dalam banyak hal. Dunia perdosenan sama saja dengan dunia kerja lainnya. Kebetulan saja bidang kerja dosen adalah pengetahuan. Secara tersembunyi ada pertarungan kemampuan menguasai pengetahuan sebagaimana politik kantor lainnya.

Variasi cara-cara lain masih banyak. Apalagi ketika konteks atau lokasinya berbeda dapat memerlukan cara yang berbeda untuk menghindari persoalan yang sama, yaitu senioritas.

***
Tentu saja, saya harus menghaluskan cerita mas Dab di atas. Beberapa contoh dan nama terpaksa harus saya hilangkan. Begitu pula saya harus memilih diksi yang tepat. Walaupun mas Dab itu seorang dosen (seperti saya), kemampuan bercerita jauh di bawah keahlian verbalnya di depan mahasiswa.

Begitulah nasib saya berteman dengan seorang mas Dab. Yang pasti, mas Dab sepertinya sedang menerapkan senioritasnya. Padahal saya sebenarnya berumur lebih tua daripada dia. Ya bisa juga mas Dab berpikir begitu. Maklumlah dia itu anak dari kakaknya bapak saya. Bapaknya mas Dab itu kakaknya bapak saya.

Relasi sosial semacam itu memang sering saya lupakan. Dalam masyarakat modern, relasi sosial kekeluargaan seperti itu sudah jarang ada atau tidak diterapkan lagi. Namun begitu, mas Dab menganggap saya lebih yunior karena posisi bapaknya di keluarga besar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun