Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mitos Sumpah Serapah dalam Prosesi Bau Nyale

1 Maret 2013   00:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:31 358 0
Core Event Bau Nyale secara resmi menjadi agenda tahunan Pemkab Lombok Tengah sejak tahun 1986, namun sebelumnya acara atau pesta Bau Nyale tersebut sudah sering dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan swadaya.

Dalam prosesi Bau Nyale terdapat mitos yang menjadi kebiasaan bahwa untuk memancing si Nyale yg dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika keluar dan menampakkan diri masyarakat harus melakukan sumpah serapah atau berbicara kotor dan kasar sambil berteriak-teriak ke arah laut.

Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang mempercayai mitos tersebut dan kerap kali ber-sumpah serapah ria di setiap acara Bau Nyale. Dikalangan tokoh agama dan masyarakat Lombok Tengah hal ini masih menjadi perdebatan, sebagian besar tokoh tersebut menolak mitis dan kebiasaan sumpah serapah tersebut dengan alasan bertentangan dengan ajaran agama.

Sementara itu sebagian kecil berpendapat bahwa hal tersebut sudah dilakukan dari dahulu sejak jaman nenek moyang dan harus dipertahankan. Bila kita tinjau dari sudut pandang agama, moral serta etika yang berlaku umum di masyarakat, mitos dan kebiasaan sumpah serapah tersebut sangat tidak dibenarkan walaupun dengan alasan mempertahankan dan melestarikan budaya.

Tujuan dari acara Bau Nyale tersebut adalah pada dasarnya untuk mengingat dan memetik pelajaran dari nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan dan diajarkan  oleh Putri Mandalika.

Untuk menyikapi hal ini ada baiknya kita bertanya pada diri kita sendiri, pantaskah pengorbanan Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut demi kemaslahatan dan kebaikan rakyatnya kita balas dengan sumpah serapah?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun