Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Dapur Bersama, "Cloud Kitchen"

11 Juli 2020   09:59 Diperbarui: 11 Juli 2020   09:59 211 6

Pertanyaan besarnya adalah bagaimana menjaga standar rasa dan rahasia resep sebuah makanan tidak bocor kemana-mana.

Pagi hari yang sejuk dan tenang.

Seorang teman menawarkan Mie Gomak, semacam spaghetti orang Batak di laman grup Dapoer Madame Primarasa Faceboook. Tertarik mencobanya, saya bertanya harga dan dikirim dari daerah mana. Teman lainnya, juga menanyakan pengiriman dari mana. Ketika mengetahui tempat pengiriman jauh dari rumahnya, dia tidak jadi membeli. Saya berusaha membantu dengan bilang, bisa dikirim pakai sistem same day loh. Jadi ongkos kirimnya lebih murah. Tapi,
dia tetap menolak. Katanya, ''Makanannya terlalu lama di perjalanan.''

Persoalan jarak ini memang menjadi isu penting dalam bisnis kuliner online. Selain, ongkos kirimnya jadi lebih mahal, terkadang malah ngalahin harga makanannya, juga bisa mempengaruhi rasa makanan. Kebayang kalau beli bakso atau mie gomak, yang ada kuahnya. Kalau pengirimannya berjam-jam, kuahnya uda pasti dingin, mienya bisa jadi bejek-bejek. So pasti mengurangi rasa.

Siang hari, yang juga tenang dan menyenangkan.

Aku mengikuti webinar tentang ''Trend Cloud Kitchen dalam Bisnis Kuliner'' yang diadakan Indonesian Gastronomy Community. Seperti tutup ketemu botol, seminar online itu menjawab persoalan tentang jarak tadi. Vishal Kumar, yang menjadi salah satu pembicara dalam webinar tersebut, merancang konsep dapur bersama atau kolektif di bawah perusahaaan bernama Yummy Corporation.

Seorang pemilik bisnis makanan, seperti mie gomak yang punya pelanggan jarak jahu dan dalam jumlah besar, bisa bekerja sama dengan Vishal. Dia bisa menyewa dapur bersama di daerah yang dekat dengan pelanggannya. Mie gomak diracik di dapur itu sehingga mendekati penikmat makanan itu.

Ide dapur bersama dibuat Vishal karena berdasarkan algoritma atau data belanja kuliner, orang-orang maunya beli makanan dalam jarak paling jahu tiga kilometer dari tempat dia berada.

Nah, pembeli adalah raja dan ratu, bahkan dalam dunia belanja virtual sekalipun. Konsep dapur bersama pun diluncurkan untuk memenuhi selera raja dan ratu. Kalau ditelisik, ini semacam franchise ya. Bedanya, dalam satu dapur banyak merek makanan yang bisa bergabung. Makanya disebut cloud kitchen atau dapur bersama/kolektif.

Persoalan jarak teratasi, juga mungkin dengan harga. Tapi, bagaimana dengan rasa dan keamanan resep atau property right terhadap sebuah produk makanan? Mie gomak teman saya itulah contohnya, dia punya resep sendiri yang tentu saja dirahasiakan. Kalau ingin menggapai pelanggannya di sebuah area, dia bisa bergabung dalam dapur kolektif.

Pertanyaannya adalah apakah dia menyerahkan resepnya kepada juru masak di dapur itu atau dia mengantarkan produk setengah jadi, tinggal diracik saja di dapur itu, atau makanan sudah jadi. Jika ada pesanan, cloud kitchen tinggal mengemasnya.Vishal menjawab bahwa Yummy Corp. pasti menjaga rahasia resep kliennya.

Tapi, belum jelas juga bentuknya seperti apa, apakah bahan mentah dengan resep diserahkan kepada mereka, setengah jadi atau sudah jadi. Salah satu peserta menyimpulkan konsep tersebut bagus tapi sepertinya hanya cocok untuk produk-produk makanan tertentu, seperti frozen food. Nah, ini boleh jadi jawabannya.

Konsep dapur bersama ini menarik karena bisa menjawab beberapa persoalan yang muncul dalam bisnis kuliner online, yaitu jarak yang jauh. Nah, kalau isu soal standar rasa dan rahasia resep bisa diselesaikan, juga soal kebersihan dan kenyamanan pembeli terjawab, saya kok percaya, dapur bersama atau cloud kitchen ini bisa booming.

Sore hari sambil masak kue lapis warna-warni....

Menonton berita di TVRI tentang Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki menyambangi dapur bersama milik GoFood, kalau tidak salah di Tangerang Selatan. Teten bilang konsep dapur bersama ini sejalan dengan program yang ada di kementeriannya tentang produktif Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun