Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Proses Meninjau Kekasih dan Membangun Cinta

13 Februari 2012   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:43 604 0

Walaupun ‘Valentine Day’ bukan berasal dari Indonesia, tetapi gaung perayaannya mampu membuat sejumlah pusat perbelanjaan berhias embel-embel khas dari acara ini. Banyak komunitas sudah menyebar undangan siap menggelar acaranya dengan meriah tepat tanggal 14 Febuari nanti. Para gadis sudah dari beberapa minggu lalu bersiap-siap dengan gaun anggunnya.

Apa yang diharapkan para pemuda pemudi dalam merayakan hari Valentine ini, tidak lebih dari sekedar hura-hura dengan pasang mata, dan berpikir ‘siapa tahu bertemu jodoh’ tentu ini bagi yang single, bagi yang telah memiliki kekasih, acara ‘valentine’ ini jadi moment saling mengekspresikan cintanya dalam kemesraan.

Bisa disimpulkan, perayaan ‘Valentine’ ini merupakan sebuah proses mencari kekasih hati, dan sebuah proses mengenal cinta!. Bagaimana dengan pernikahan? demikian tanya seorang teman. Ya pernikahan merupakan proses menumbuhkan cinta! Teman yang lain menimpali.

Bagaimana menurut anda sendiri, apa makna dari sebuah pernikahan?. Rose, seorang teman yang tinggal di Belanda mengatakan, sebuah pernikahan merupakan proses ‘membangun sebuah persahabatan’. Tina, teman yang tinggal di Brazil berpendapat, sebuah pernikahan merupakan proses dari ‘pembangunan sebuah cinta’.

Ketika saya tanya, apa yang dimaksud dengan ‘membangun persahabatan’, Rose menjawab, seorang sahabat akan selalu setia ketika pihak lain tidak lagi menyenangkan atau tidak lagi bisa memenuhi keinginannya, seperti memiliki anak atau malah tidak lagi bergairah melakukan hubungan intim, mereka mampu tetap bersama sampai ajal memisahkan.

Tina memberikan penjelasannya, apa yang dia maksud dengan ‘Pembangunan sebuah cinta’, Baginya Cinta itu seperti sebuah tanaman yang akan layu jika tidak dipelihara, dan cinta dalam sebuah pernikahan harus terus menerus dibangun, terutama ketika pernikahan memasuki tahun-tahun yang panjang, banyak hal berubah dari sejak kita pertama ‘jatuh cinta’ pada pasangan. Menurutnya kiasan ‘jatuh cinta’ pada orang yang sedang kasmaran, terasa tidak tepat, sebab itu belum merupakan cinta, tapi sebuah ketertarikan. Sedangkan cinta baru bersemi ketika kita harus memaklumi hal-hal yang tidak kita suka, tetapi pasangan kita melakukannya. Cinta baru bertumbuh dan teruji perkembangannya, ketika pasangan kita menjadi orang yang membosankan. Maka pernikahan merupakan sebuah proses membangun bangunan cinta yang terus menerus.

Menelaah dua pendapat teman saya itu,yang pada intinya menurut saya bisa kita simpulkan dengan satu kata ‘Pengertian’. Ya pernikahan sebuah manajemen pengertian! Kita mampu mengerti jika pasangan kita tidak lagi menarik secara fisik juga secara kejiwaan. Kita mampu mengerti ketika pasangan kita mulai memalingkan hatinya pada orang lain.

Dengan pengertian, kita bisa mawas diri, kita bisa intropeksi diri, kenapa banyak hal berubah dan mengapa sekarang kita ditinggalkan. Dengan pengertian kita mampu memaafkan, dengan pengertian kita mampu merendahkan ego untuk kembali menemukan arti, dari tujuan kita melakukan pernikahan.

Banyak konsep yang ditawarkan para konselor pernikahan, tetapi yang paling menentukan adalah konsep ‘pengertian’. Sebuah makna dari tindakan yang dilakukan berdasar pengertian, adakan lebih efektif daripada sebuah tindakan yang didasari tuntutan. Banyak bahtera rumah tangga hancur karena hubungan didasari sikap menuntut, kita menuntut pasangan mengerti akan kelemahan dan ketidak mampuan kita, tetapi kita tidak mau mengerti keinginan dan perasaan pasangan kita. Seringkali kita terlena dengan pasangan yang seolah selalu menurut dengan apa keinginan kita, sampai suatu hari kita terkejut karena ternyata kita ditinggalkan, hati pasangan kita beralih pada orang lain. Kita ini terjadi, kita bertanya mengapa dan kenapa?

Proses membangun yang salah

Dibawah ini contoh kasus dari sebuah perjalanan membangun cinta yang menurut saya ‘salah’ maksud hati ingin membangun cinta, tetapi sikap prilaku kita menjadikan cinta itu, layu dan mati, bahkan berubah menjadi kebencian.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun