Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Membunuh Para Sengkuni

19 Agustus 2019   10:23 Diperbarui: 19 Agustus 2019   10:41 12 0
Dalam pewayangan, tidak ada tokoh yang paling licik selain Sengkuni. Pria sakti yang tidak memiliki kesaktian, hanya mengandalkan akal dan wawasannya yang luas, sudah cukup baginya memporak-porandakan dunia. Nama Sengkuni yang kita kenal berasal dari dua kata, saka yang bermakna "berasal" dan uni yang bermakna "bunyi", jadi sebenarnya Sengkuni adalah penggambaran dari desas-desus.

Di cerita pewayangan, tokoh ini menjadi "Joker" yang terkenal pandai bermain peran dan mengambil simpati para pendukungnya. Tak main-main, para pembesar negeri dan para resi. Sengkuni pandai memprovokasi dengan tipu muslihat agar rencananya berjalan dengan baik. Dia memanfaatkan keturunan dari adiknya, Gandari untuk memimpin negeri. Dia tidak perlu menjadi pemimpin asal dapat mengatur pemimpin.

Sosoknya dianggap sebagai antagonis yang paling manusiawi. Dia memiliki tujuan dan tekad yang kuat. Sayangnya kemampuan yang dimilikinya berada di jalan yang salah. Andai dia hidup di masa sekarang, sudah pasti pendukungnya melebihi pendukung fanatik karena merasa terwakili nasib dan keadaan walau apa yang disampaikan adalah kepalsuan.

Menurut budayawan Cak Nun, sebenarnya Sengkuni adalah sosok yang luar biasa tabah. Bila kita ambil cerita pewayangan, Sengkuni dan saudarinya Gandari, adalah korban ketidakadikan sang penakluk. Di sini ditawanlah mereka beserta keluarga besar oleh Destarasta dan dikurung tanpa makan, kalau pun diberi makan pun kurang bagi 102 orang.

Maka, dari sini awal penderitaan Sengkuni. Dalan musyawarah putuskan salah satu dari mereka harus hidup. Salah satu harus hidup dari memakan saudara dan orang tuanya sendiri. Dan sialnya yang terpilih adalah Sengkuni. Apa yang kawan rasakan dan apa yang terjadi bila kita berada di posisi sepertinya? Bagaimana rasanya memakan saudara dan orang tuanya sendiri demi bertahan hidup?

Seharusnya kita merasa miris dengannya, namun kita melihat seseorang dari apa yang yang kita lihat pertama kali, melihat akhir dari perjuangan. Kita jarang bahkan tidak peduli dengan proses, yang pertama kali kita lihat adalah hasil. Dan dari sini kita tahu mengapa seseorang seperti Sengkuni tercipta. Dia ada karena kita mengiyakan kekacauan sebagai jalan pintas melepas realita yang ada disekitar kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun