Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ruang yang Sempit itu

25 Oktober 2010   23:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 77 0
Kita mungkin pernah mengalami kesedihan yang teramat sangat, misalnya ketika ditinggal pergi oleh orang yang kita sayangi, gagal dalam studi, terkena PHK atau peristiwa lainnya. Atau malah bisa sebaliknya, kita mengalami kegembiran, keberhasilan atau kesuksesan karena ada yang melatarbelakangi itu, misalnya bisa memulai bisnis karena mempunyai modal, bisa sukses di studi karena mempunyai otak yang cerdas, dan lain sebagainya.

Artinya sesuatu itu dilakukan karena ada "sesuatu" lain yang melatar belakanginya, kalau dalam ilmu fisika dikenal dengan sebuah istilah Hukum Newton III, hukum fisika yang menyatakan bahwa akan ada sebuah reaksi ketika ada aksi, bahwa tidak akan pernah ada sebuah reaksi kalau tidak ada aksi yang mendahuluinya.

Kita meyakini bahwa manusia itu berbeda dengan makhluk lainnya, bahwa Allah telah menciptakan kita dengan bentuk yang paling sempurna (At-Tiin : 4), bahwa manusia dianugerahi akal, bahwa manusia yang berpengetahuan mempunyai kedudukan yang berbeda dengan manusia yang tidak berpengetahuan, maka benar apa yang di firmankan oleh Allah "Katakanlah (hai Muhammad), "apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui."(QS Al Ahzab : 9)

Karena kemampuan akal itu manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, memikirkan pikiran-pikiran mereka, memikirkan cara mereka berpikir, memikirkan kemampuan mereka berpikir, dan memikirkan bagaimana seharusnya mereka berpikir. Bahwa diantara aksi dan reaksi itu, atau dengan istilahnya stimulus dan respon, terdapat ruang yang sangat sempit, tetapi bisa tetap dimaksimalkan untuk memilih respon atas stimulus yang terjadi, apapun itu, salah satunya dengan memaksimalkan kemampuan akal.

Dengan metafora komputer, manusia diprogram oleh naluri dan atau determinasi/pelatihan, akan tetapi dengan kesadaran diri, manusia dapat menulis ulang program baru untuk diri mereka sendiri yang sepenuhnya terpisah dari naluri dan atau determinasi.

Sehingga seharusnya tidak ada gerakan reflek kecuali untuk sesuatu yang sifatnya manusiawi, misalnya ketika kulit kita terkena puntung rokok. Tetapi untuk hal lain pada umumnya kita masih bisa memaksimalkan ruang sempit itu, yaitu kesadaran untuk memilih respon secara bebas, kesadaran diri itu terbentuk karena manusia mempunyai kemampuan berimajinasi (fungsi akal), juga suara hati yang berfungsi untuk memberikan penilaian.

Jadi respon itu bukan atas dasar sebuah stimulus, tapi merupakan produk dari sebuah kesadaran diri karena memang ingin melakukan itu, karena dengan kesadaran diri manusia mempunyai kebebasan untuk memilih respon, dan ini yang dimaksud dengan Proaktif.

Maka, seperti apa yang dikatakan oleh Stephen Covey : orang proaktif adalah mereka yang tidak menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk prilaku mereka, prilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka, berdasarkan perasaan.

So, Masih takut untuk sukses? ^_^

Aang Kunaifi

Direktur LMT Trustco Palembang

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun