Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Mengukuhkan Toleransi Melalui Dialog

14 Februari 2022   11:53 Diperbarui: 14 Februari 2022   11:54 205 1
Setiap tahun Indonesia selalu disuguhkan perdebatan yang meliputi SARA. Pola semacam itu seringkali ditemukan saat hari raya agama. Direktur Riset SETARA Institue Halili Hasan mengatakan sejak 2007 pelanggaran KBB dan intoleransi menjadi persoalan terbesar pada level negara. Pada periode pertama Jokowi, terdapat 846 peristiwa pelanggaran KBB dengan 1.060 tindakan. Sementara pada periode kedua ada 200 peristiwa pelanggaran KBB dengan 327 tindakan: 168 tindakan negara dan 159 non-negara.[1]Perdebatan antar warga masyarakat kian masif didukung makin eksesnya jagat digital. Persoalan deontologis menjadi persoalan yang rutin untuk dipersoalkan. Moralitas dan persoalan etis bukan lagi ranah privat yang sifatnya personal antara pemeluk agama dan keimanan mereka, tetetapi menjadi ranah publik yang mana orang lain turut berpartisipasi dalam menyikapi itu. Tiap orang memandang sebuah idealitas dan mengkontektualisasinya pada realitas bersama dengan cakrawala iman yang berbeda. Pasalnya iman tidak bisa disepadankan untuk menjadi tesis dan anti-tesis sehingga menghasilkan sintesis. Keimanan itu merupakan tesis yang diyakini tiap pemeluknya. Maka apabila kita menaruh suatu cita-cita kehidupan bersama umat beragama dalam kerangka kerukunan antar warga masyarakat, suatu penyeragaman iman merupakan suatu hal yang sulit, bahkan tak mungkin. Lantas langkah praktis apa yang perlu diusahakan? Seberapa penting  toleransi perlu diupayakan? 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun