Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Aku Bukan Pangeran part2 (cerbung komedi romantis)

10 Desember 2011   11:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:34 1139 0

KEPIKIRAN DI MALAM HARINYA



Waktu telah menunjukkan pukul delapanmalam, ini berarti sinetron kesukaan Zahara sudah tayang, namun tidak seperti biasanya, Zahara yang tidak pernah melewatkan sinetron kesayangannya tersebut kini berbaring dikamar senyum-senyum sendiri membayangkan peristiwa yang terjadi tadi sore.



Ia bingung kenapa ia tiba-tiba berubah menjadi wanita centil saat bertemu dengan si Idris lelaki kolot yang kampungan dan pemalu. Padahal sewaktu berada di Jakarta dulu, ia adalah gadis tomboy yang jutek, meski pun banyak pria yang tertarik padanya namun tak satu pun yang berani menyatakan perasaan karena takut dengan kejutekan Zahara.



Selain terkenal pintar dalam hal pelajaran, Zahara pun jago dalam hal bela diri, entah sudah berapa banyak pria yang telah merasakan tinju dan tendangannya. Ia sangat membenci pria palay boy hingga ia tau semua cirri-ciri dan gerak gerik pria play boy. Dari tampang Idris yang kurang urus maka dapat ia memastikan bahwa Idris bukanlah laki-laki playboy karena laki-laki play boy selalu menjaga penampilan.



Ada perasaan aneh yang ia rasakan saat pertama kali menatap wajah Idris, ia merasa seaakan telaah lama bertemu, dan ia juga merasakan menemukan tempat untuk kembali. Entah mengapa ia merasakan perasaan itu, mungkin inilah yang di sebut kerikil kecil yang mengubah aliran air, pertemuan kebetulan yang merubah takdir



“Zahara sayang, sinetron kesayanganmu udah main tuh” terdengar suara seorang ibu yang menggendor pintu kamar menyadarkan Zahara dari lamunannya.



“ia Bu, makasih udah ngingetin, tapi Zahara mau di kamar aja”



Fatimah, itulah nama ibu Zahara. Ialah yang paling perhatian dan yang paling mengerti Zahara. Melihat anaknya yang tidak berprilaku tidak seperti biasanya membuatnya sedikit khawatir, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi dengan anaknya.



Daun pintu meringkik, terdengar derap langkah Fatimah menghampiri anaknya. “kamu kenapa sayang, kok tak seperti biasanya” Tanya Fatimah khawatir.



“gak apa-apa kok mah, Zahara cuman capek aja habis ziarah kubur” jawab Zahara singkat.



“ya sudah istirahat yah sayang! Dan jangan lupa tutup jendelanya sebelum tidur, takut nanti kamu masuk angin” perasaan khwatir Fatimah kini telah menghilang, ia pun melangkah pergi meninggalkan putrinya sendirian yang semakin malam semakin larut dalam lamunan.



Diwaktu yang sama di tempat yang berbeda, Idris sedang mendengar ceramah dari ayahnya “kamu ini udah akil balig, umurmu hampir dua puluh tahun, tapi aku tak pernah melihatmu pergi shalat maghrib berjamaah ke mesjid, padahal antara mesjid dan rumah kita hanya berjarak satu langkah saja”



Idris mencoba memberi alasan “bukannya Idris tak mau ayah, tapi tak satu pun anak muda yang pergi sahalat berjaamah selain pada hari jum’at dan bulan puasa”



“itu bukan alasan yang tepat, jadi jika tak ada anak muda seusiamu yang sholat kamu juga tidak mau sholat. Berarti kamu sholat hanya karena ikut-ikutan saja, apa benar begitu”



Idris tertunduk mendengar kata-kata ayahnya yang semakin keras. “bukan begitu ayah” jawabnya dengan suara merendah.



“jika bukan begitu berarti tak ada alasan untuk tidak shalat berjamaah di mesjid. Bukannya ingin memaksamu anakku, tentu aku tak akan memaksamu, karena jangan sampai kau melakukan itu hanya untuk membuatku senang, tentu hal itu akan merenggut keikhlasanmu. Aku berkata begini karena untuk kebaikanmu, bukankah shalat berjaamaah lebih utama 27 derajat dibandingkan sholat sendirian”



“Ia ayah aku mengerti” kata Idris singkat karena tak ingin berdebat dengan ayahnya.



“baguslah kalau kau mengerti, sekarang coba kau tengok adikmu di kamar, ia sedang mengerjakan PRnya, siapa tau ada yang tidak ia mengerti. Ayah mau istirahat dulu”



“Baik ayah” Idris melangkah pergi menuju kamar tidur adiknya. “hai bos, gimana PRnya, udah selesai belum?” Tanyanya pada Ilias.



“udah kak, soalnya gak ada yang sulit kok” jawab si bungsu.



“baguslah kalau begitu, berarti gak ada yang perlu dipertanyakan kan?”



“ada, tadi kan saya lihat kaka jalan berduaan ama cewe, itu pacar kaka yah” Tanya si bungsu denga berbisik, takut perbincangan mereka di dengar oleh ayahnya.



“wus ngawur kamu” bisik Idris membantah “dia tuh bukan pacar kaka, tadi kaka cuman nolongin dia” Idris pun menceritakan kejadian yang sesungguhnya pada adiknya.



“kirain pacar kaka, tapi cewe tadi cantik kok, kalau kaka gak berminat kasi Ilias aja” pinta Ilias sambil menggoyangkan alisnya turun naik.



“kamu tuh baru 7 tahun, sekolah dulu yang benar. Lagi pula mana ada cewe yang mau ama kutu buku, hahah” kata Idris sambil tertawa. “ya udah, kaka tinggal dulu yah, sebelum tidur jangan lupa berdoa biar kamu dapat kakak ipar yang cantik” katanya sambil tertawa lagi.



“ok kak, doain juga! Biar kakak dapat adik ipar yang cantik” kata Ilias sambil tersenyum genit. Idris cuman geleng-geleng kepala, ia tak habis pikr dari mana adiknya mengetahui hal yang seperti itu, padahal umur adiknya baru 7 tahun kok udah tahu bicara tentang pacaran, sedangkan ia yang umurnya hampir menginjak usia 20 belum pernah merasakan yang namanya pacaran.



bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun