Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Rumah Ramah Bersahabat dengan Air

30 April 2015   22:52 Diperbarui: 20 November 2015   11:15 413 4

 

Hai Air, perkenalkan namaku Banyu. Tahu enggak, waktu kecil aku takut padamu, terutama saat kau dan teman-temanmu datang beriring guruh dan guntur di malam hari. Pada masa itu, listrik belum tersedia dan atap rumah kami terbuat dari seng yang selalu hiruk-pikuk menyambut kedatanganmu. Angin yang berembus membuat pijar api pada sumbu lampu templek di kamar turut bergoyang-goyang, memantulkan bayang-bayang hitam yang semakin seram kulihat dari balik kelambu yang mengelilingi ranjang untuk melindungi kami dari gigitan nyamuk. Aku memeluk erat guling, menutup telinga dengan bantal, dan meringkuk dengan debar jantung kencang yang kadang disertai keringat dingin sebelum tertidur karena kelelahan.

Ketika kamu rajin datang, keluarga kami senang saat menimba air dari sumur. Kami tidak perlu menjulurkan tali panjang ke bawah dan berlelah menarik timba ke atas, karena permukaanmu tak lebih dari lima meter. Malah kadang, lebih dekat dari itu. Ketika pulang dari kebun, wajah ayah pun semringah karena tanaman yang menghuni kebun tampak tumbuh subur ditandai dengan munculnya banyak pucuk baru.

Pada masa remaja, ketika aku merantau ke Pulau Jawa untuk menempuh pendidikan lanjut, aku tak lagi memiliki banyak pengalaman mengesankan bersamamu. Seiring berlalunya waktu, malah kesedihan yang sering kali membersit, terutama bila aku membaca berita di media massa. Kedatanganmu sering kali sangat terlambat. Pengetahuanku bahwa musim kedatanganmu ditandai melalui kehadiran bulan yang berakhir "ber", tak lagi bisa jadi pegangan. Kamu tahu enggak, teman-teman fotografer sering kali menyambut momen ini dengan hasil foto yang menampakkan tanah kerontang dan retak. Terlihat indah sih bila dipandang dari kacamata seni, tapi ada kegetiran yang menyertainya. Demikian pula sebaliknya bila tiba saatnya kau datang, kesedihan tak juga pergi. Seolah kau tidak lagi membawa berkah, melainkan bencana. Banjir dan tanah longsor kerap memenuhi layar TV dan diberitakan koran-koran.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun