Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Apakah Harus Menunggu Ide Baru Untuk Menulis?

26 Februari 2012   10:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:07 174 0
Belajarlah menulis dari ide-ide kecil. Denga demikian ada harapan untuk menjadi penulis besar.

#
Apabila untuk menulis yang bagus dan menarik harus menunggu sampai datangnya sebuah ide baru dan orisinil.

Bisa dipastikan hal itu membutuhkan waktu yang panjang dan kita akan menghabiskan waktu untuk menunggu dengan lelah dan kecewa.
Sebab ide yang ada selalu sama dengan apa yang telah ditulis oleh orang lain.

Karena itu akan sulit menemukan ide yang baru dan orisinil sebagai bahan tulisan. Padahal banyak ide yang ditulis oleh penulis besar sekalipun berasal dari ide yang sederhana.

Idenya sudah ada ribuan tahun yang lalu. Hanya diolah kembali dengan citra rasa baru oleh penulisnya atau disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang. Tidak sedikit yang diambil dari kitab-kitab suci.

Kalau kita sampai harus menunggu ide yang lebih cemerlang dari karya Kahlil Gibran untuk menulis fiksi. Rasanya sepanjang hidup kita tidak akan bisa menulis.

Atau menunggu kita sudah mencapai tingkat manusia di atas rata-rata seperti para rumi untuk menulis filsafat. Menulis hanya akan menjadi mimpi.

Kalau kita harus menunggu datangnya sebuah ide baru. Belum tentu akan menghasilkan sebuah tulisan yang bermutu.

Sebaliknya justru dengan seringnya menulis tanpa harus menunggu munculnya ide-ide, bisa melatih untuk menulis yang bermutu di kemudian hari.

Dengan seringnya menulis, sebenarnya akan mendatangkan ide-ide "baru" untuk kita garap kembali. Karena sering menulis akan membuat intuisi kita lebih peka untuk memunculkan mutiara kata yang ada di dalam lautan hati.

Setiap momen adalah ide brilian untuk menulis. Karena seringkali ide yang sederhana sekalipun. Bila ditulis dengan baik dan menggunakan gaya bahasa yang enak dibaca, maka akan menjadi tulisan yang segar dan bermanfaat.

Seperti karya Ajahn Brahm "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" yang mendunia dibaca jutaan orang. Padahal hanya berkisah tentang hal sederhana dalam keseharian yang mungkin sudah basi.

Tetapi karena gaya penulisannya yang enak dibaca dan penuh humor ala Ajahn Brahm, sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Satu hal yang perlu kita sadari adalah bahwa setiap manusia memiliki keunikannya dan potensi tersendiri.

Walau memiliki bagian-bagian tubuh yang sama. Dua tangan, dua kaki, dua telinga, dua mata, satu mulut dan satu hidung.

Semua hal dalam hidup ini perlu proses. Begitu juga halnya dalam menulis. Perlu sebuah proses untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Tidak mungkin dicapai tanpa adanya belajar.

Ya, belajar dan belajar dan belajar lagi itulah kuncinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun