Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

F1 2012: Pesta Jutaan Dolar Dimulai

17 Maret 2012   06:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55 439 0

Di luar, tampak amat gemerlap. Tapi dari dalam tubuh partisipan F1 sendiri, sangat sering terjadi pergolakan. Paling mendasar – meskipun sangat jarang ter-expose – terkait dengan besarnya dana yang harus dikeluarkan tim. Inilah yang antara lain mendorong munculnya usulan berupa upaya memangkas biaya untuk musim balap 2012. Usulan ini, mayoritas diusung oleh tim yang termasuk bermodal ‘gurem’.

Sayangnya, upaya ini tak berjalan mulus. Beberapa tim papan atas, menolak menyetujui usulan dimaksud. Tim-tim ini, memang sebelum ini pernah menyetujui apa yang disebut sebagai Resource Restriction Agreement (RRA) yang bertujuan membantu tim-tim kecil di saat krisis ekonomi mulai terasa pada 2008.

Namun, beberapa tim besar akhirnya beranggapan bahwa RRA harusnya sudah berakhir pada 2012 seiring membaiknya prospek perekonomian dunia. “Spekulasi ini menjadi argument beberapa tim untuk menolak usulan dan lebih memilih mencari solusi lain untuk menutupi pembiayaan mereka,” papar Ross Brawn, principal tim Mercedes GP.

Lalu, apa sebenarnya keuntungan dari gelaran F1? Salah satu hal yang pasti, balapan ini ditayangkan langsung atau secara live di 110 negara oleh 65 stasiun televisi. Jumlah siaran itu, mampu menjangkau 500 juta alias setengah miliar penonton di seantero jagat, bahkan 5 menit sebelum balapan mulai. Luar biasa!

Tapi bagaimana dengan beban yang dipikul oleh pihak-pihak yang terkait dengan event ini? Kita ambil contoh saja, kota Melbourne yang mengambil alih penyelenggaraan dari Adelaide 15 tahun silam. Dan selama kurun itu, akumulasi kerugian yang harus ditanggung pemerintah Negara bagian Victoria mencapai 247juta dolar AS. Sementara license fee yang harus dibayarkan kepada Bernie Ecclestone, Bos F1 ini mencapai sekitar 222 juta dolar AS.

Hak penyelenggaraan Grand Prix F1 yang diberikan kepada Melbourne sendiri, akan berakhir pada 2015. Tapi kabarnya, tim Bernie akan berusaha memperpanjang kontrak ini hingga 2020 dengan opsi 5 tahun sesudahnya atau hingga tahun 2025.

Bernie, memang enggan melepas posisi Melbourne dan beberapa sirkuit lainnya sebagai penyelenggara.Tentu, banyak pertimbangan melatarinya. Contoh sederhana, tiap tahun perusahaan Bernie menerbangkan pesawat jet jumbo dari Eropa ke Melbourne untuk mengangkut mobil-mobil F1 berikut kelengkapannya. Dari tiap jumbo jet itu, Bernie menerima bayaran sewa masing-masing 900.000 dolar AS atau total 5.4 juta dolar AS. Ini belum termasuk sewa Boeing 747 yang dipakai mengangkut lebih dari 170 staff yang bekerja untuk produksi tayangan televisi.

Bagaimana dengan biaya yang dikeluarkan tim? Jumlahnya sangat beragam. Bagi tim papan atas seperti Ferrari, belanja mereka dalam setahun tak akan jauh dari angka 25 miliar dolar AS. Sedangkan tim lemah, mungkin masih bisa cukup dengan biaya sekitar 20 miliar dolar AS.

Tim Red Bull, yang di musim balap 2011 lalu berhasil menyandingkan gelar juara dunia untuk pembalap dan konstruktor, disebut-sebut pula sebagai tim yang sudah banyak mengucurkan dana. Sejak membeli bendera dari tim Ford pada tahun 2004, Red Bull dikabarkan sudah menggelontorkan anggaran yang mencapai angka 668.9 juta dolar AS.

Tim lain yang mendekati belanja Red Bull, yakni McLaren. Ketika Red Bull membelanjakan uang 293.3 juta dolar AS di tahun 2010 misalnya, tim McLaren sedikit di bawahnya. Pengeluaran McLaren ketika itu, diperkirakan ‘hanya’ mencapai 251.6 juta dolar AS.

Di musim Grand Prix 2012 ini, ada 12 tim yang akan ikut berlaga. Mereka akan mengelilingi dunia untuk tampil di setidaknya 20 sirkuit. Seiring dengan perhitungan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, beberapa tim memang tampaknya tidak memilih untuk sepakat dengan RRA. Ini sekaligus memaksa tim kecil untuk segera membuka diri terhadap kolaborasi.

Tim Force India milik Vijay Mallya misalnya, akhirnya menjual sahamnya kepada konglomerat pemilik usaha Sahara India. Dengan melepas 42.5 persen saham, Force India menerima suntikan dana segar sebesar 100 juta dolar AS. Konsekuensinya, nama Force India Team kini berubah menjadi Sahara Force India. Michiel Mol, pengusaha Belanda yang menjadi partner Mallya, tetap mengantongi saham 15 persen.

seperti  Alan Jones, Keke Rosberg, Nigel Mansell dan Damon Hill serta Jacques Villeneuve.

Namun, dengan prestasi yang terus menurun belakangan ini, Williams terpaksa menggandeng mantan peraih tiga kali medali emas olimpiade, Michael Johnson. Melalui Michael Johnson Performance Inc, Williams akan mendapatkan bantuan program pelatihan bagi pembalap serta pit crew-nya. Tidak disebutkan, berapa peroleh saham Michael Johnson di tim Williams atas bantuan yang diberikannya itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun