Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Banyak Pelajaran yang Hilang Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

6 Agustus 2020   09:15 Diperbarui: 6 Agustus 2020   09:10 452 22
Lagi-lagi membahas efek pandemi, kali ini tentang kegiatan belajar dan mengajar yang masih terkena imbas hingga saat ini.

Pelajar di seluruh Indonesia sudah berbulan-bulan tidak lagi melakukan pembelajaran langsung secara tatap muka di sekolah. Kegiatan belajar dan mengajar digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berlangsung secara online.

Efek samping dari PJJ tidak sedikit kalau tidak mau dikatakan banyak namun kali ini saya tidak akan menuliskan tentang efek yang terjadi dari PJJ tetapi tentang  pelajaran dan ilmu yang hilang selama kegiatan PJJ.

Saat menyebutkan tatanan kehidupan baru pasti ada yang hilang dari tatanan hidup yang lama. Hal ini juga berlaku dalam dunia kependidikan.

PJJ menjadi tatanan kehidupan baru bagi dunia pendidikan. Sebelum pandemi pendidikan formal dijalani dengan tatap muka di sekolah, sekarang sudah berbulan-bulan pendidikan formal dijalani dengan online.

Tatanan belajar baru ini menyebabkan hilangnya banyak pelajaran yang didapat saat tatanan belajar lama secara tatap muka langsung di sekolah dilakukan.

Pelajaran di sini tidak melulu dari saya sebagai guru ke siswa tetapi juga sebaliknya karena saya ternyata banyak belajar dari siswa.

Saya banyak menemukan konsep menjalani hidup selama berinteraksi dengan mereka. Jadi antara saya dan siswa tidak jarang bertukar posisi.

Saat saya menyampaikan pembelajaran maka saya yang menjadi guru mereka yang menjadi siswa, tetapi saat mereka memperlihatkan konsep menjalani hidup maka saat itu mereka yang menjadi guru sedangkan saya yang menjadi siswanya.

Pelajaran dan ilmu lain disini dimaksudkan sebagai selain pelajaran wajib sebagai tuntutan kurikulum.

Pelajaran dan ilmu lain yang saya sampaikan di kelas tidak jarang lebih melekat kuat pada benak siswa bahkan saat mereka sudah lama menyandang gelar sebagai alumnus.

Itu saya ketahui kalau bertemu alumnus dan berkomentar, "Kan kata Ibu......", Sudah dipastikan alumnus itu berkomentar bukan tentang mata pelajaran yang saya ampu tetapi pelajaran dan ilmu lain yang suka saya kemukakan kepada mereka.

Selama pandemi pelajaran dan ilmu lain itulah yang banyak hilang. Diantara pelajaran dan ilmu yang hilang itu diantaranya adalah :

 1. Adab dan sopan santun

Sebelumnya saya akan kutipkan makna adab dan sopan santun menurut KBBI

adab n kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak:

so*pan san*tun n budi pekerti yang baik; tata krama; peradaban; kesusilaan: - dalam pergaulan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat;

Pelajaran adab dan sopan santun menjadi bagian saya yang berperan sebagai guru dan mereka sebagai siswa.

Alasan pelajaran tentang adab, sopan santun ini perlu diajarkan kepada siswa adalah agar mereka bisa berlaku sopan, santun, dan beradab karena mereka adalah orang Indonesia yang terkenal kesantunan dan kesopanannya juga karena mereka adalah merupakan orang beragama.

Adab dan sopan santun zaman saya dan sekarang seperti bergeser karena pengaruh banyak hal. Sebagai perbandingan contoh sederhana dalam bertemu guru zaman saya dan sekarang sangat berbeda.

Zaman saya saat (akan) bertemu guru adalah waktu yang bikin deg-degan, baru dengar suara sepatunya mendekat saja sudah bikin grogi, saat bertemu muka dengan guru maka kita akan menyingkir ke pinggir lalu agak membungkuk sebagai tanda hormat dan takzim lalu memberikan salam.

Zaman sekarang yang saya alami saat siswa melihat saya mereka akan berteriak memanggil saya lalu menyapa,"Hai Bu, mau kemana ?".

Pelajaran adab dan sopan santun buat saya perlu diberikan agar siswa mengerti bagaimana harus berlaku dan bersikap agar mereka bisa mengerti bagaimana menempatkan diri.

Bagaimana mereka berlaku dan bersikap kepada teman, orangtua dan guru, masyarakat, pimpinan saat mereka bekerja, dan sebagainya.

Jangan sampai hanya karena meraka salah berlaku dan bersikap kurang beradab dan kurang sopan santun mereka tersisih bukan karena potensi mereka yang rendah tetapi karena salah berlaku.

Masa iya anak SMK (saya mengajar di SMK) masih harus diajarkan adab dan sopan santun ? Jawabannya karena siswa di sekolah saya berasal dari berbagai daerah yang tidak sama kebiasaan sehingga membentuk prilaku yang berbeda jadi pelajaran adab dan sopan santun, selanjutnya (harus) dilakukan pembiasaan sehingga akan membuat kebiasaan prilaku yang lebih baik.

Alot of our lives are about being polite. (Rachelle Lefevre)

Selama PJJ tentu pelajaran adab dan sopan santun akan susah dilakukan dan akhirnya hilang.

 2. Berkomunikasi dan bersosialisasi

Seperti yang sudah saya kemukakan bahwa siswa saya berasal dari aneka latar belakang, jadi tidak semua siswa lancar dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Saya pernah menemukan siswa yang jarang berkomunikasi dengan saya ternyata saat berbicara dia tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dan itu membuat dia enggan berkomunikasi apalagi secara formal.

Bagian gurulah yang memberikan motivasi, pelajaran, pembiasaan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi agar saat siswa keluar sekolah lalu melanjutkan ke jenjang berikutnya baik melanjutkan sekolah atau kerja (siswa saya lebih banyak yang terus bekerja setelah sekolah) tidak terkendala dan terhambat saat berkomunikasi dan bersosialisasi.

Communication is the key for any global  business. (Anita Roddick)

Akan sulit saat PJJ dalam memberikan pelajaran komunikasi dan sosialisasi ini. Terutama tentang komunikasi karena saya akan tahu siswa kesulitan berkomunikasi kalau bertemu langsung, saat PJJ bentuk komunikasi hanya sekedarnya karena tidak bertatap muka maka akan sangat sulit untuk mengetahuinya.  

Pelajaran komunikasi dan sosialisasi ini menjadi pelajaran yang juga hilang saat PJJ.

 3. Tenggang rasa dan kebersamaan

Kalau pelajaran ini bagian siswa yang menjadi guru, saya yang menjadi siswanya.

Di sekolah saya pelajaran ini kental terasanya yaitu tentang tenggang rasa dan kebersamaan. Mereka sangat kompak bahkan untuk hal yang membuat guru kesal dan marah...hhhh.

Saya banyak diajarkan oleh siswa saat mereka memperlihatkan tenggang rasa dan kebersamaan. Mereka saling menjaga dan membantu kalau ada yang sedang kesulitan. Tenggang rasa dan kebersamaan terbentuk karena interaktif yang inten dan itu bisa terwujud saat belajar di sekolah.

Fellowship is an intimate interaction facilitated by conscious consistent communication. (Hameed Adeshina)

Saat PJJ tentu saya tidak bisa melihat pelajaran tenggang rasa dan kebersamaan ini lagi. Bagaimana siswa yang suka keluar kelas saat pergantian jam akan di chat temannya guru sudah datang untuk pelajaran selanjutnya. Ditemani saat ada yang susah dan sedih, tapi juga melihat mereka saat kompak membuat guru marah dan tentu jadi dinamika tersendiri bagi guru saat mengarahkan agar jadi lebih baik.

 4. Mengeluarkan pendapat

Zaman akan dipegang oleh mereka. Tidak mustahil mereka menjadi seorang pemimpin. Selain komunikasi dan sosialisasi kemampuan mengeluarkan pendapat juga sangat diperlukan.

Tidak sedikit siswa yang memiliki  konsep memahami dan memandang sesuatu itu unik diluar kebiasaan, out of the box. Tetapi tidak suka mengeluarkan pendapatnya karena tidak bisa diterjemahkan secara verbal apalagi secara formal.

Mereka harus diajarkan bagaimana menyusun alur konsep unik mereka hingga bisa dikemukakan sebagai pendapat.

Ada juga yang enggan mengeluarkan pendapat karena sering diejek teman-temannya, hal seperti ini lah yang dilatih dan dipelajari agar mereka terbiasa mengeluarkan pendapat yang baik, bonusnya kalau mereka bisa mengeluarkan pendapat yang berisi memberikan solusi dan pencerahan.

Pelajaran pengeluarkan pendapat yang dimaksudkan disini bukan hanya sekedar mengeluarkan pendapat sendiri tetapi mengeluarkan pendapat yang bisa memberikan pelajaran bagi yang lain juga

Pelajaran mengeluarkan pendapatpun menjadi pelajaran yang juga hilang saat PJJ.

Masih banyak pelajaran lain yang hilang saat PJJ yang sudah berlangsung berbulan-bulan. Apakah rugi dengan hilangnya banyak pelajaran selama PJJ ? Tentu saja sangat rugi dan akan ada helaian yang hilang dalam pendidikan anak-anak usia sekolah. Tetapi hilangnya helaian pelajaran ini harus diterima demi menyelamatkan generasi yang akan mengurus bangsa ini nantinya.

Semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga hal yang banyak hilang, tertunda, terbengkalai terutama di bidang pendidikan kembali tertata dengan baik dan bisa lebih kokoh.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, 6 Agustus 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun