Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

[Antologi Prosa Puisi Menyambut Hari Ibu] Persembahan Langit

18 Desember 2018   21:08 Diperbarui: 2 Februari 2019   09:52 220 3
Kaki pegal menelusuri setiap jejeran rak buku, mata lelah mencari judul satu persatu. Hampir setiap buku sastra berkisah tentang cinta, tak masalah kalau cinta yang dimaksud sesuai yang  aku cari tapi sebagian besar cinta sepasang anak manusia dengan tragedi maupun sukacitanya. Aku berkeliling sedari tadi di toko buku mencari buku yang bercerita tentang ikatan kuat karena terhubung darah yaitu tentang orang tua dan anak.

Selalu ada cerita tentang kita
Cerita ibu
Cerita ayah
Cerita anak
Cerita orang tua dan anak

Ikatan yang kita punya tak ada yang bisa menyamai
Karena bukan diikat oleh tahta
Bukan pula oleh kuasa
Tapi kita diikat oleh darah


Tepatnya aku mencari buku puisi tentang orang tua dan anak, tapi tangan tetap kosong tidak mendapatkan hasil, atau mungkin aku kurang beruntung tidak mendapatkan buku yang kumaksud. Sepertinya hiruk pikuk cinta anak dan orang tua kurang menarik dan terkalah oleh hiruk pikuk cinta sepasang anak manusia. Padahal menjadi orang tua dan anak tidak kalah menghebohkannya dilihat dari sisi manapun. Aku jadi ingat saat pertama persembahan langit itu datang.

Tiga tahun menunggu
Walau aku tahu semua berlaku tepat
Tepat waktu dan kondisi
Semua mengikuti garisan
Sesuai yang tertulis dan diperintahkan

Saat kondisi harus tegar
Tidak diijinkan lemah
Saat pikiran harus tajam
Tidak diijinkan bercabang
Saat itulah persembahan langit datang


Persembahan langit yang pertama yang nanti sebagai sulungku sudah kutunggu selama tiga tahun. Kehadirannya seperti mengajarkanku apa yang aku alami dan hadapi dan bagaimana berlaku dalam hidup. Sejak awal keberadaannya dia sudah menemaniku menghadapi hadangan kesulitan. Kebetulan saat mengandungnya dua bulan, aku harus sidang sarjana untuk menyelesaikan kewajiban pendidikan.  

Engkau hadir menemaniku sidang
Dalam buaian rahim yang nyaman
Sidang sebagai pemenuhan kewajiban
Kewajiban pendidikan pembungkus pengetahuan

Kita harus ingat momen ini
Sedari awal sudah bersama berjuang
Menghadapi kesulitan yang menghadang
Lalu kita bisa menaklukannya dengan cemerlang


Perjuangan melahirkan si sulung pun tidak mudah. Baik kondisi karena keluarga muda yang belum memiliki kehidupan layak, pun proses melahirkan yang menyakitkan dan cukup lama. Segala daya yang kupunya kukerahkan karena peranan terbesarku sebagai manusia adalah sebagai ibu. Syarat pertama peran menjadi seorang ibu adalah melahirkan --- walau banyak wanita hebat berperan sebagai ibu tidak lewat melahirkan --- maka aku berusaha memenuhi sebaik mungkin untuk menjadi seorang ibu.

Peluh penuh membasahi tubuh
Sakitnya melewati kemampuanku
Seluruh tubuh bergetar
Waktu terasa berhenti dan lama berlalu

Nyeri yang tak bisa ditawar
Datang seperti tak henti
Momen menjadi ibu tiba
Seperti ribuan pedang menghujam tak kenal iba

Saat itupun datang
Persembahan langit hadir
Memecah heningnya ruang
Dengan tangisan bak petir


Saat ditaruh dalam buaian, aku tahu akan banyak hal yang kita lewati bersama. Bahwa hidup akan dilalui oleh kesulitan dan kemudahan karena disanalah peranan kita dalam menjalani hidup yang hakekatnya untuk kepulangan.

Kupenuhi perananku sebagai ibu dengan melahirkan buah hatiku. Sudah hadir persembahan dari langit yang akan memegang tanganku walau sesaat tetapi mencuri dan memegang hatiku sepanjang hidup  dan kini aku dipanggil IBU.


Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Selasa 18 Desember 2018

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun