Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Kenapa Saya Tidak Suka MLM

21 Februari 2014   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36 320 0
Sebelum mulai tulisan inti, perlu diketahui bahwa saya bukanlah orang ekonomi dan juga bukan orang yang expert di bidang bisnis, jadi saya tidak bisa memberikan analisis yang sophisticated tentang bisnis MLM ini. Saya adalah murni orang IT yang sedang jengkel karena merasa tertipu dengan modus ajakan MLM.

Kenapa akhirnya saya menulis artikel ini adalah karena beberapa hari yang lalu ada tetangga yang sangat lihai membujuk saya untuk mengikuti sebuah pertemuan penting. Dia bilang karena saya dianggap sebagai orang IT dan tentunya mahir dalam bidang teknologi, pengembangan software, dan terutama jaringan, saya diajak untuk mendiskusikan program "pensiun" nasional yang akan mereka kembangkan. Bodohnya saya, saya mengiyakan saja tawaran tersebut tanpa bertanya lebih lanjut. Karena saya cukup percaya dengan tetangga saya tersebut, dan saya anggap dia orang yang cukup berpendidikan dan kritis.

Akhirnya pada hari dan jam yang ditentukan, saya pulang dari kantor lebih awal karena mau ketemu dengan tetangga dan penggagas program "pensiun" tersebut. Saya mencari alamat tempat pertemuan yang cukup sulit karena kurang paham daerah tersebut, beberapa kali disasarkan oleh google map, saya tetep berusaha untuk memenuhi undangan pertemuan tadi. Gambaran saya, saya diundang sebagai konsultan IT atau bahkan developer utama aplikasi online untuk program tersebut.

Setelah sampai di tempat tujuan, dan bertemu dengan orang yang dimaksud, barulah saya sadar, ternyata saya disitu bukan diundang karena latar belakang IT yang saya miliki, bukan pula karena mereka ingin mengembangkan software, tapi karena saya adalah seorang pegawai dan sasaran utama program MLM "pensiun" untuk rakyat. Betapa jengkel saya waktu itu, bersusah payah untuk datang ke pertemuan yang tidak sesuai dengan harapan.

Okay enough. Saya tidak akan bilang (semua) MLM jelek, saya hanya tidak suka MLM, That's it.

Menurut saya MLM adalah program untuk memasarkan produk tertentu dengan memanfaatkan jaringan pemasaran. Kelebihan model pemasaran ini dibandingkan pemasaran konvensional adalah, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemasaran produk, jaringanlah yang akan bekerja. Perusahaan hanya akan memberikan bagi hasil jika produknya terjual. Selanjutnya jaringan pemasaran yang akan mengajak orang baru untuk ikut memasarkan produk tersebut, dan seterusnya hingga seluruh dunia memasarkan produk tersebut.

Saya masih bisa respek dengan metode MLM tersebut jika memang tujuan mereka adalah membuat produk inovatif dan bermanfaat, kemudian mengajak jaringan sosial untuk memasarkan produk tersebut. Jadi, yang dipasarkan adalah sebuah produk sedangkan MLM dan jaringan hanyalah sebuah metode pemasaran, tidak lebih.

Sayangnya kebanyakan MLM (atau apapunlah namanya) yang banyak beredar, jualan utamanya bukanlah produk inovatif, tapi pendaftaran member. Saat melakukan presentasi bisnis dari puluhan slide yang dipaparkan, hanya sekitar 3 - 5 slide saja yang menjelaskan produk inovatif, dan itupun biasanya hanya dijelaskan secara singkat saja. Selebihnya adalah penjelasan sistem, bagaimana kita bisa merekrut anggota, berapa keuntungan merekrut anggota, apa yang akan kita dapatkan jika merekrut 1 milyar anggota, dan seterusnya. Pendeknya yang dijual bukanlah produk unggulan inovatif, tapi jualan sistem penggajian untuk atasan. Iya sistem penggajian untuk atasan.

Saat ada orang MLM (dan sejenisnya) berkata kepada anda "ayo gabung dengan saya, anda akan mendapatkan bonus yang sangat besar setiap hari", sebenarnya yang mereka katakan adalah "mari bergabung untuk menggaji saya, dan saya akan mengajarkan kepada anda bagaimana menarik orang lain untuk menggaji anda (dan juga menggaji saya lagi)".

Logika dodol saya bertanya, mana ada perusahaan yang merekrut karyawan sebanyak-banyaknya (unlimited) untuk menjual produk yang terbatas? Kalau iya, pastinya orang nggak perlu antri untuk melamar pekerjaan, tapi sebaliknya perusahaan yang antri melamar calon karyawan. Bahkan perusahaan yang meng-expand usahanya dengan franchise pun tidak sembarangan membuka cabang, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan survey yang harus dilakukan sebelum membuka cabang waralaba baru.

Tapi tidak di MLM, mereka merekrut jaringan marketing sebanyak-banyaknya, semakin banyak semakin bagus. Produk tidak penting, yang penting adalah ada jaringan marketing baru. Kenapa bisa seperti itu? Alasannya satu, karena perekrutan jaringan baru menguntungkan mereka. Saat merekrut anggota / jaringan / partner baru, bukan perusahaan yang bertanggung jawab memberikan keuntungan kepada mereka, tapi sebaliknya anggota baru yang harus membayar uang pendaftaran dan uang tersebut dibagi-bagi kan ke perusahaan dan upline.

Tapi kan? MLM juga memiliki produk yang bermanfaat?

Oke, saya ambil satu contoh salah satu usaha semacam MLM milik sang Ustadz (hanya contoh mudah saja). Silahkan anda buka website-nya dan lihat berapa proporsi konten yang membahas tentang sistem dan jaringan, bandingkan dengan dengan proporsi konten yang membahas tentang keunggulan produk PPOB-nya. Jadi, mana yang diutamakan? Manfaat dari produk inovatif, atau perekrutan anggota?

Saya tidak akan membahas halal haram atau bagus tidaknya sistem MLM ini. Sekali lagi saya tegaskan, saya adalah orang IT, bukan orang ekonomi. Saya akan merasa lebih bangga dan puas jika saya bisa menghasilkan produk software yang bagus. Kemudian saat ada customer yang (membeli dan) memakai software tersebut serta dapat memanfaatkan produk tersebut dengan baik saya akan merasa sangat bahagia.

Lebih lanjut lagi, menurut saya kemandirian adalah saat kita berhasil membuat sebuah produk dan menghasilkan uang dari produk tersebut. Lebih bagus lagi kalau kita bisa memberi manfaat kepada orang di sekitar kita dengan mengajak mereka untuk ikut mengembangkan produk kita, atau minimal memasarkan produk kita. Kita yang merekrut mereka, dan kita yang memberikan gaji kepada mereka, kita yang menjadi kepanjangan tangan dari Tuhan untuk memberikan rejeki pada mereka. Bukan sebaliknya, kita yang merekrut mereka, tapi malah mereka yang memberikan uang kepada kita.

Saya lebih suka menjadi orang yang produktif menghasilkan software kreatif, bukan produktif merekrut anggota sebanyak-banyaknya untuk menggaji saya. That's why saya tidak suka MLM (dan sejenisnya), saya lebih suka kerja nyata dan menghasilkan produk nyata.

Sebagai penutup artikel, saya minta maaf jika ada yang tersinggung dengan tulisan saya ini. Tulisan ini 90% lahir karena kejengkelan setelah mengikuti presentasi MLM yang tidak saya inginkan, jadi kalau ada analisis yang mbulet dan kata-kata yang emosional mohon dimaafkan.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun