Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Artikel Utama

Mengapa Ahok Tak Mengadakan Lomba Menulis

20 April 2015   12:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 76 1
Bisa dikatakan, Kompasiana merupakan blog yang paling intens dan serius mengadakan lomba menulis. Hadiahnya bervariasi, ada yang lumayan ada pula yang sedikit. Kalau yang hadiahnya gedhe, saya ogah ikut. Karena pasti diserbu penulis senior he...

April ini saja, ada beberapa lomba di Kompasiana. Kesempatan ini mesti dimanfaatkan oleh kita yang (mengaku) mencintai dunia tulis menulis. Selain berpeluang mendapat hadiah, juga ada kebanggaan aktivitas kita dihargai.

Menang-kalah bukan soal. Kalah ya biasa saja, yang penting sudah meramaikan. kalau menang tentu senang, hadiahnya bisa buat beli pulsa internetan. Atau nraktir keponakan jajan bakso: syukuran menang lomba menulis di Kompasiana. Wah, keren banget, bukan?

Tapi lomba menulis yang diadakan kompasiana itu terbilang masih sedikit. Dibanding potensi anggaran yang bersliweran di republik tercinta ini. Bukankah kementerian, badan, dinas, punya anggaran bejibun? Tapi terkesan pelit sekadar berbagi dengan para penulis.

Cobalah, sisipkan sedikit anggaran untuk lomba menulis. Adakan kerjasama dengan Kompasiana (atau yang lain) untuk menyelenggarakan lomba menulis sesuai tupoksinya. Misinya: mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus meningkatkan kesejahteraan penulis (eh kesejahteraan rakyat).

Kata orang pinter, literasi itu penting. Jika ingin maju, perkuat literasinya. Lomba menulis merupakan upaya untuk memperkuat literasi.

Tapi, masih kurang upaya itu. Termasuk di lembaga yang punya tupoksi di bidang literasi. Kalaupun ada, biasanya lomba diatur dengan batasan sedemikian rupa yang intinya, nanti yang boleh ikut atau menangguk manfaat dari kalangan sendiri.

Ada sih anggaran bikin buku, majalah, atau apa. Tapi, acapkali penuh tipu daya. Intinya, duitnya dimakan sendiri. Glek, he...

Beda kalau di Kompasiana. Semua boleh ikut. Yang sudah mahir mapun pemula bisa berpartisipasi. Penjurian bersifat transparan dan terbuka.

Coba kalau misanya tiap kementerian menganggarkan Rp 100 juta saja untuk lomba menulis. Lalu ditumplek blek di Kompasiana. Berapa banyak lomba menulis yang bisa diadakan? Seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan budaya literasi? Seberapa dampaknya bagi pencerdasan kehidupan bangsa? Sangat besar, kawan.

Perlu Lokalisasi?
Kadangkala saya ngiri dengan para, maaf. pelacur. Di satu sisi mereka kadang dicerca. Tetapi pada saat yang sama mereka sangat dimanja.

Pemerintah tidak eman-eman mengeluarkan anggaran besar bagi mereka. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thajaja Purnama (Ahok) baru-baru ini (kembali) mengeluarkan ide lokalisasi PSK. Itu menanggapi pembunuhan PSK online. Banyak pejabat mempunyai ide serupa: lokalisasi.

Bikin lokalisasi itu butuh anggaran besar. Harus menyiapkan lokasi. Menyediakan dokter dan sarana kesehatan. Serta menyediakan kondom gratis. Serta banyak lagi anggaran lainnya.

Coba kalau penulis dibegitukan! Dilokalisasi. Jadi nanti ada lokalisasi penulis. Di mana? Ya, misalnya di Kompasiana. Intinya, pemerintah memberi suport bagi upaya-upaya untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah tidak segan mengeluarkan anggaran untuk mengentaskan PSK. Bagi yang bersedia "pensiun", diberi duit Rp 5 juta.Kkatanya sih banyak yang cuma mau terima duitnya, lantas mangkal kembali.

Sekali-kali kek pemerintah bagi-bagi rezeki bagi penulis yang mau pensiun. Satu orang dapat lima jeti. Wah, saya langsung daftar, resign dari Kompasiana, dapat lima juta, lalu bikin akun baru. Asyik bukan?

Ayo dong Ahok dan para pejabat lainya. Pelacur (maaf) saja diberi dukungan, mosok penulis kagak he...

Atau kita minta pada Haji Lulung aja. Supaya beliau bikin anggaran siluman untuk lomba nulis? Sudah ah, jangan keterusan ngelantur!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun