Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Mulut Selang SPBU untuk Kendali Subsidi. Efektifkah?

25 April 2014   21:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 90 0
Saya mengamati pemerintah sering kali membuat kebijakan ganjil sebagai solusi tambal sulam terhadap masalah. Walau subsidi bahan bakar minyak sudah dikurangi, tetap saja masih menekan neraca keuangan pemerintah. Harga minyak bumi terus melonjak karena komoditas ini semakin langka sementara permintaan terus bertambah. Saya pribadi setuju usaha untuk mengendalikan subsidi bahan bakar ke masyarakat yang tepat menerimanya.

Upaya terbaru pemerintah adalah mengkaji pengendalian subsidi dengan manipulasi ukuran diameter mulut selang mesin pompa SPBU dan diameter mulut tangki bahan bakar kendaraan. Idenya adalah agar bahan bakar bersubsidi hanya bisa dikonsumsi kendaraan tertentu. Ide ini mengelikan. Mengapa?

Pabrik corong minyak semakin laris

Orang Indonesia itu kreatif. Bawa saja corong minyak yang ukuran moncongnya kecil cukup untuk masuk ke panampung bahan bakar ketika membeli bahan bakar di SPBU. Di jamin Anda bisa beli bahan bakar bersubsidi meski Anda tergolong berduit.

Maaf kamu keliru, manipulasi bukan ukuran moncong selang

Bisa jadi pemerintah sudah memikirkan apa yang saya sebut di atas. Mereka terdiri orang-orang hebat. Bisa jadi yang dimaksud bukan sekedar ukuran selang tapi moncongnya memang khusus. Penutup tangki hanya bisa membuka bila dicolokkan dengan selang mesin SPBU  dengan moncong khusus.

Orang Indonesia itu kreatif. Modifikasi saja tangkinya dengan membuat lubang baru dan menyambung selang biasa sehingga bisa diisi dari corong. Ini meminjam analogi printer infus yang akrab dikerjakan teknisi perbaikan printer. Alih-alih membeli catridge baru yang mahal, yang lama dilubangi dan dipasangi selang sehingga tinta diisi dari tangki diluar.

Intinya, orang Indonesia canggih soal akal-akalan.

Kamu jangan banyak omong, sumbang dong solusi?

Subsidi bahan bakar umumnya diserap oleh kendaraan pribadi. Untuk solusi, harus ditanyakan kenapa orang lebih memilih kendaraan pribadi daripada transportasi umum. Orang butuh transportasi, tapi mereka juga butuh alat transportasi yang aman, nyaman, tepat waktu, selalu tersedia saat diperlukan dan murah. Kondisi transportasi umum saat ini? Anda tentu sudah paham.

Solusinya adalah jangan beri masyarakat alasan untuk memilih kendaraan pribadi.

Pemerintah wajib menyediakan sistem transportasi massal yang murah, aman, nyaman, tepat waktu, selalu tersedia saat diperlukan dan bebas macet. Biaya untuk menggunakan transportasi umum harus lebih murah dari biaya kepemilikan dan biaya operasional kendaraan pribadi.

Transportasi umum harus menggunakan baku mutu operasional tinggi yang menjamin keselamatan penumpang. Bila perlu beri insentif  biaya perawatan alat transportasi umum.

Transportasi umum harus tepat waktu dan tersedia saat diperlukan dan bebas macet. Kepastian waktu berangkat dan tiba sangat penting. Anda tidak ingin naik kendaraan umum yang baru berangkat bila semua kursi penumpang telah terisi penuh, sementara Anda ingin buru-buru ke suatu tempat.

Jika sistem transportasi umum sudah dibenahi (alat transportasi dan jalannya), langkah berikutnya adalah persulit kepemilikan kendaraan pribadi, naikkan pajaknya. Semakin sedikit kendaraan pribadi beredar dijalan semakin lengang jalan. Peluang Anda terkena serangan stres dan stroke akibat kemacetan juga semakin rendah.

Kebijakan itu jelas akan ditentang oleh produsen otomotif, itu tidak masalah (kecuali bila dana kampanye Anda berasal dari produsen otomotif).

Ya, sudah saya akhiri saja. Bicara saya mulai melantur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun