Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Tidak Perlu Ajarin Murid, Biarkan!

6 Februari 2023   15:00 Diperbarui: 6 Februari 2023   15:08 193 4
Ketika masuk kelas IX A SMP PJ 2 (Senin, 06 Februari 2023) terlihat hening. Hari ini terlihat berbeda suasana dari proses yang saya alami sebelumnya.

Selamat pagi anak-anak, ujarku kepada mereka. Ya pak, selamat Pagi, pak.

Adi memiliki teman akrab? Ya pak. Namanya, Rendi, ujarnya. Mengapa  bisa berteman dengan Rendi? Ujaku kepada Adi. Dan mengapa kalian bisa berteman sangat solid? Mengapa kalian bisa "bersatu"? Pertanyaannya saya disambut oleh anak-anak semua.

Beragam jawaban yang diberikan oleh mereka atas pertanyaan yang sama dari setiap siswa.

Ada kata kunci yang saya dapatkan dari ucapan siswa, yaitu saling membutuhkan. Kata ini saya giring anak-anak untuk memahami tentang manusia.

Manusia merupakan mahkluk sosial dan sekaligus mahkluk pribadi (persona). Dari kata-kata ini saya menemukan siswa mengungkapkan makna mahkluk sosial, saling membutuhkan, saling ketergantungan. Sedangkan  manusia sebagai mahkluk persona, siswa mengungkapkan demikian, yaitu memiliki karakter masing-masing, mandiri.

Dari gagasan ini, saya mencoba memberikan kesempatan kepada untuk merumuskan arti mahkluk sosial dan mahkluk pribadi.

Mahkluk sosial merupakan suatu kebutuhan manusia hidup berdampingan bersama orang lain, saling membutuhkan. Sedangkan mahkluk pribadi merupakan suatu hal yang melekat pada diri manusia, termasuk hal manusiawi yang ia miliki sejak ia lahir.

Nah, ada pertanyaan lanjutan, apa itu prinsip? Salah satu siswa spontan menjawab, dasar, hal yang utama, hal yang mendasar.

Ketika pahaman dasar sudah dibangun ada "clue" yang didapatkan siswa. Dan selanjutnya saya menyampaikan materi pelajaran tentang: Prinsip Persatuan dalam Keberagaman SARA.

Ketika saya menyampaikan materi tersebut, murid telah memiliki pemahaman dasar. Saya mencoba memberikan pertanyaan lebih lanjut, mengapa manusia hidup bersama orang laing di lingkungan masyarakat?

Ada yang menjawab, supaya hidup harmonis, saling bergotong royong, saling membantu. Saya mencoba menampung semua jawaban siswa dan menulisnya di papan tulis.

Dalam mewujudkan persatuan dalam keberagaman dibutuhkan sikap mengindahkan tata nilai, norma, adat istiadat, sopan santun, serta aturan hukum. Apabila hal ini tidak diindahkan, apa yang terjadi?

Masyarakat akan mengalami perpecahan, intoleran, ujan Leon. Apa yang dibutuhkan agar terwujud persatuan? Dalam mewujudkan persatuan dibutuhkan sikap saling menghormati, ujar Fara.

Mengapa kita harus saling menghormati?
Beberapa siswa menjawab, kita perlu menjaga hak asasi, tidak terjadi konflik.

Jika dilihat dari jawaban siswa tersebut, menurut hemat saya ada kesalahan berpikir dalam memberikan jawaban.

Apa yang dilakukan oleh guru ketika mengalami hal tersebut? Menyelesaikan materi, terus menjelaskan materi, atau menganggap hal yang dialami itu biasa-biasa saja?

Sebagai guru yang sedang mengajar pada saat itu, saya memliki perhatian khusus terhadap masalah ini. Berpihak pada siswa adalah cara untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan siswa.

Tentu, kita menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Namun, kita tidak boleh berhenti untuk mengiyakan suatu hal yang salah, dan terjadi pada siswa. Kejadian ini bisa dianggap sepele, atau kita sepakat bahwa hal ini sudah terjadi secara umum, tidak bisa dipungkiri.

Menurut hemat saya, tidak. Kita perlu peka terhadap hal yang dilakukan oleh siswa. Dan kita perlu memberikan kesadaran (self-awareness) terhadap apa yang telah dilakukan dan kita melihatnya itu salah (fallacy).

Saya mencoba membantu mengarahkan untuk melihat konteks pertanyaan dengan relasi jawaban yang diberikan, dan telah dicatat di papan tulis.

Berbagai kemungkinan kesalahan berpikir yang dialami siswa. Konsentrasi terganggu, ketidaknyaman dalam belajar, kurangnya kesiapan dalam belajar, dll.

Kita tidak boleh berhenti pada taraf ini. Ada hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kesalahan berpikir siswa. Pertama, saya memberikan penegasan atas kalimat bertanya. Jika ditanya mengapa, maka yang harus dilakukan oleh siswa adalah mencari alasannya. Jawaban harus diberikan kata penegasan di dalamnya yaitu "karena".

Dan saya melihatnya apa yang dijawab oleh siswa lebih berpihak pada tujuan, bukan memberikan jawaban sesuai apa yang ditanyakan.

Hal kecil akan berubah jika dimulai dengan kepekaan yang besar. Kepekaan akan menciptakan situasi belajar berbeda. Ada makna yang didapatkan oleh guru di dalam mengemban pelayanannya tersebut. Apabila kita tidak melakukan perbaikan atau arahan kepada siswa: mana yang benar dan mana yang salah, sebenarnya kita telah menjerumuskan siswa kedalam kesalahan berpikir (fallacy), baik saat ini maupun yang akan datang. Akan tetapi ketika kita langsung bertindak maka kemungkinan  besar kesalahan yang sama akan minim terjadi.

Tangkas melakukan suatu upaya perbaikan menuju perubahan adalah sebuah cara untuk mewujudkan  bagaiamana mendesain proses berpikir siswa secara baik dan benar.

Kita menyadari bahwa setiap orang memiliki kebebasan berpikir, mengungkapkan pendapat. Namun, apa yang diungkapkan tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan maka hal itu dapat berakibat fatal dalam berikir yang logis, sistematis dan kohesi.

Kesalahan berpikir (fallacy) merupakan proses penalaran atau argumentasi sebenarnya tidak logis, salah arah, menyesatkan, tidak relevan. Proses berpikir demikian terjadi karena seseorang kurang memperhatikan  premis-premis tanpa memperhatikan relevansinya.

Ada beberapa penegasan yang harus kita pahami dalam kesalahan berpikir, yaitu pertama, kita keliru dalam menyimpulkan dari dua premis. Misalnya, tidak ada satu pun barang yang baik itu murah dan semua barang di tokoh itu adalah tidak murah. Jadi kesemua barang di tokoh itu adalah baik. Kedua, kita keliru dalam bentuk disjungtif. Misalnya, Dia pergi ke Ambon atau ke Jakarta. Ternyata dia tidak ke Ambon, berarti dia ke Jakarta (Dia bisa tidak di Ambon maupun Jakarta). Ketiga, kita keliru karena alasan terlalu sederhana. Misalnya, kendaraan buatan Yamaha adalah terbaik, karena Lorenzo juara motor GP. Keempat, kita keliru karena kurang tahu. Misalnya, inilah buktinya bahwa pendaptku benar. Jika engkau bisa membuktikan bahwa hantu itu ada maka teranglah pendapatku benar, bahwa hantu itu tidak ada.

Apa sebenarnya kita tilik dari kesalahan berpikir pada siswa? Pertama, kita membentuk proses berpikir murid yang benar. Kedua, membentuk proses berpikir yang diungkapkan melalui argumentasi logis, mudah dipahami serta memiliki relevansi. Ketiga, melatih murid menyadari kesalahan yang dilakukan serta menerimanya dengan terbuka serta memiliki daya juang untuk memperbaiki kesalahannya.

Mengapa guru melakukan hal ini? Yang sedang dibangun oleh guru bersama muridnya adalah komunikasi intrapersonal yang mencakup lima aspek (DeVito), yaitu memilih kepercayaan diri siswa, mengolah proses interaksi, memberikan kesegaran, mencairkan suasana berpikir atau suasana belajarnya, ekspresi diri, serta berorientasi kepada apa yang dibutuhkan siswa.

Stephen Covey mengungkapkan bahwa communication is the most important skill ini life. Komunikasi menjadi hal terpenting didalam kehidupan. Dan hal ini menjadi suatu hal yang sangat esenisal bagi guru ketika berada di kelas atau di mana pun bersama siswanya. Komunikasi perlu dibangun secara konstruktif bukan komunikasi destruktif.

Saya menyadari bahwa membagun komunikasi dengan siswa membutuhkan kehati-hatian , ada self-controlling. Kalimat destruktif, yakin jawaban kamu sudah benar semua? Kamu gimana sih? Kerja begitu saja tidak bisa.

Tindakan seperti di atas perlu diwaspadai oleh agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan murid dalam belajar.

Saya menyadari apa yang saya lakukan hanya sebuah refleksi dan usaha untuk menyesuaikan pikiran dan tindakan demi melakukan perubahan di sekitar saya demi mencapai tujuan-tujuan yang berpihak pada siswa. Alhasilnya, siswa dapat menemukan merdeka belajar, komitmen, mandiri serta refleksi sepanjang hayat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun