Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa Pilihan

Mari Amati Beberapa Istilah Unik: Aci, Sagu, dsb

10 Agustus 2021   14:17 Diperbarui: 10 Agustus 2021   16:41 600 5
Sebagai seorang pembelajar sekaligus pemerhati bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah, maupun bahasa-bahasa asing, setiap hari ada saja segala macam gagasan yang berkecamuk dalam pikiran saya terkait bahasa.

Setelah saya menayangkan beberapa artikel sebagai curahan perhatian saya kepada bahasa, saya menerima beberapa komentar yang menarik dan saya sajikan 2 di antaranya:
1. Dalam artikel: Kusut Masai Akhiran "ar" yang Menjebak, pak Sirpa  menanyakan tentang perbedaan antara kata "pesiar" dengan "penyiar" dan apakah asal katanya sama-sama "siar."
2. Dalam komentar terhadap artikel: Odol, Lakuran Merek yang Menjadi Kata Sehari-hari, Ruang Berbagi menyampaikan: Salam cinta bahasa.

Dua hal inilah yang menggelitik lalu menyemangati saya untuk menulis artikel ini: 1 pembaca saya yang cinta bahasa dan 1 lagi memerlukan jawaban (ada di bawah ini pak Sirpa).

Buku
Buku bermakna lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong; atau kitab.

Buku juga bermakna tempat pertemuan dua ruas (jari, buluh, tebu), 2 bagian yang keras pada pertemuan dua ruas (buluh, tebu), kata penggolong benda berupa bongkahan atau gumpalan kecil (seperti garam, gula, tanah, sabun), atau tampang (lempeng)

Sagu dan Sagon
Saya memulai dengan sagu, yang sekaligus menjelaskan kekeliruan yang ada selama ini.
Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon sagu" (Metroxylon sagu).

Tapioka, kadang-kadang disebut tepung kanji atau tepung ubi (Sumatera Utara), adalah tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong atau ketela pohon atau ubi kayu (Manihot esculenta).

Karena tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka, maka dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka sehingga namanya sering kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda.

Saya pribadi tidak pernah mencampuradukkan 2 istilah dari 2 bahan yang berbeda ini (tepung sagu dan tepung tapioka)

Sagon merupakan salah satu masakan tradisional khas Jawa Tengah yang terbuat dari tepung sagu.

Bagi para pembaca yang memperhatikan tentang sandi fonologis, lihat artikel saya: Sandi Fonologis: Sebuah Artikel Inpromptu Saya,  kata sagon ini jelas-jelas adalah sebuah sandi fonologis dari saguan.

Catatan:
Saya baru mengedit artikel naratif evolvabel ini dengan menambahkan sagon ke dalam senarai pada Addendum Pascatayangnya.

Aci
Dalam bahasa Sunda, tepung tapioka disebut aci sampeu, disingkat menjadi aci. Frasa yang mengandung kata aci disingkat lagi menjadi sebuah lakuran (portmanteau), lihat artikel saya: Odol, Lakuran Merek yang Menjadi Kata Sehari-hari,
sehingga bermunculanlah lakuran-lakuran makanan yang enak-enak, misalnya: cireng (aci yang digoreng), cimol, cilok, cibay, cimin, cilor, cilung, dan akan bertambah lagi.

Aci sendiri dalam bahasa Pakpak bermakna bisa, dan kata ini masuk ke dalam dialek  Tanjungbalai, misalnya "tak aci begitu" ("tak bisa begitu").

Ternyata kata ini masuk dalam KBBI menjadi aci dengan makna sah, berlaku, jadi, atau benar.

Kata kerja bentukan dari aci, mengaci, bermakna menghaluskan plester tembok atau tembok dengan semen bercampur air.

Baya
Di Tanjungbalai, baya adalah kata yang bermakna kawan, yang diadopsi dari bahasa Mandailing.

Dalam KBBI, baya bermakna umur, misalnya usianya sudah setengah baya.

Kemiripan makna baya dengan baya yang digunakan di Tanjungbalai terlihat dari kata sebaya, sama umurnya (tuanya), misalnya bermain-main dengan kawan sebaya.

Ada juga orang yang berpendapat bahwa baya ini dengan pengaruh bahasa Sunda berubah menjadi bahaya.

Dalam KBBI juga terdapat kata jagabaya yang bermakna kepala keamanan desa, namun kata baya di sini tidak didefinisikan secara terpisah dari jaga.

Baya juga bisa dibaca "boyo" dalam bahasa Jawa dan maknanya menjadi......... buaya.

Caci
Caci bisa bermakna alat penggulung layar, atau cela, cerca, atau damprat.

Kerok
Kerok (dengan e pepet) bermakna penggaruk (untuk membersihkan bulu kuda dan sebagainya).

Makna mengerok mulai melebar, selain membersihkan bulu kuda dan sebagainya dengan kerok juga bermakna menggaruk (menggosok badan dengan alat kerok seperti uang logam) untuk menyembuhkan masuk angin.

Kerok (dengan e taling) bermakna masalah, kericuhan, atau keributan.
Biang kerok bermakna orang yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya suatu masalah, kericuhan, atau keributan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun