Zaman now penuh dengan kepraktisan, tak ada sambal beli sambal botolan (saya tidak mau mengatakan tidak sempat bikin sendiri, tak ada orang yang tak sempat kalau mau menyempatkan waktunya). Sungguh berbeda dengan zaman ketika ibu saya setiap hari mengulek sambal belacan (Terasi: Di Balik Bau Tajam dan Sejarah Kata yang Belum Sempat Masuk Kamus Inggris).
Masalahnya, bagi epikur semacam saya dan putri saya (Putri Natalia Japardi, seorang chef belia, anakku), tak ubahnya mie instan yang menjadi makanan darurat, kalau tidak sangat darurat, kami tidak pernah membeli saus sambal botolan, kecuali Chili Oil (Minyak Cabe), sebuah istilah Inggris yang keliru, karena di dalamnya terdapat hasil blenderan cabe kering, jadi yang lebih tepat adalah Chili in Oil (Cabe dalam Minyak). Sambal instan dalam toples jenis ini lebih kami sukai karena tidak mengandung pengental seperti dalam saus sambal botolan, yang malah lebih banyak dari cabenya sendiri.
Baru-baru ini, karena kehabisan stok Chili in Oil ini, dan sulit untuk pergi-pergi, saya mencoba membuatnya sendiri.
Resep:
Cabe kering, 50 gram, rendam air panas selama 5 menit, tiriskan.
Bawang putih 4 siung
Merica merah Sichuan 1 sdt (boleh disubstitusi dengan merica putih atau hitam)
Tausi (tauco kering) 2 sdm
Kecap asin 2 sdm
Minyak goreng 100 ml
Opsional: MSG dan gula secukupnya.
Cara pembuatan:
Blender semua bahan, lalu tumis dengan api kecil, angkat.
Catatan:
Jika ditambah ebi, ini menjadi sambal XO (X-tra Old) yang pedas.
Jonggol, 11 April 2021
Johan Japardi
