Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Harga Tahu dan Tempe Goreng di Yogyakarta Masih Stabil

27 Juli 2012   20:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 637 6

Setidaknya, dua atau tiga hari sekali menikmati menu njawani atau selera rakyat di Jawa ternyata asyik juga loh…!Apalagi tak ada acara mendesak, diriku bisa pilih-pilih tempat makan malam di warung sederhana langgananku. Tempat makan atau warung yang belakangan menjadi sasaranku bersantap yaitu Warung Bu Is (di kawasan Pelem Sewu) dan Warung’78 Mbak Tari (di kawasan Karangkajen/utara BRI Brontokusuman) Yogyakarta.

Dua warung ini menjadi favoritku lantaran tempatnya nyaman, tak terlalu bising, pelayanannya baik (bisa diajak ngobrol, berbagi info plus canda), menu masakannya sederhana dan bersih. Bahkan setiap kali datang ke warung tersebut, tak usah banyak omong > pasti beliau sudah paham dan langsung digorengkan sejumlah tempe dan tahu, seperti biasanya sebagai lauk makan. Disediakan pula sambal, bisa juga ditambah sayur secukupnya.

Berkait kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan dasar pembuatan tahu/tempe, yaitu dari harga semula Rp 5000,-/kg menjadi Rp 8000,-/kg di pasaran lokal DIY dan Jateng > belum berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan/penyesuaian harga tahu dan tempe goreng sebagai menu pelengkap di beberapa warung makan. Jumlah persediaan lauk makan yang kaya akan protein nabati ini juga tak berbeda jauh dengan jumlah yang dijual pada hari-hari sebelumnya.

Menu yang sama namun berbeda dalam sajian ternyata berbeda pula harganya. Untuk tempe goreng di Warung Bu Is yang lokasinya berada di Kabupaten Bantul dihargai Rp 500/potong, demikian halnya tahu goreng per-potongnya Rp 500,- semua disajikan polos.

Sedangkan di Warung’78 Mbak Tari yang lokasinya berada di Kota Yogyakarta, untuk tempe goreng per-potong Rp 1000,- dan tahu goreng per-potong Rp 1500,- semuanya satu paket lengkap dengan sambal dan sedikit sayur lalapan.

Ketika diriku mampir di warung Bu Is, Rabu (25/7) tiga hari lalu, dan semalam (27/7) menikmati dinner minimalis lauk tahu-tempe di warung mbak Tari, sempat berbincang soal harga kedua jenis makanan yang bahan dasarnya cenderung melambung tersebut. Terutama dalam kaitan kenaikan harga kedelai (hingga menembus Rp 8000,-/kg) yang berimbas pada kenaikan harga tempe dan tahu mentah, kedua penjual makanan menu rakyat ini hanya nampak sedikit berkeluh.

Menurut Bu Is, “saya tidak akan ikutan menaikkan harga tahu dan tempe goreng yang dijual di sini – meskipun kulakannya naik, takutnya langganan pada nggak beli. Hanya saja, supaya tidak merugi, maka sementara irisan tempe/tahunya saja yang dipotong lebih tipis jika dibanding hari-hari lalu sebelum ada kenaikan harga kedelai,” paparnya.

Lain halnya mbak Tari, “walaupun tahu dan tempe mentah di pasaran harganya naik, saya tetap memasang harga jual tahu dan tempe goreng seperti biasa. Wajarlah, resikonya kan cuman perolehan keuntungan menurun sedikit. Itu kan masih bisa diambilkan untung dari penjualan menu makanan lain.”

Nah, ternyata tingginya harga kedelai sampai sekarang > tidak serta merta berpengaruh pada harga jual tahu dan tempe goreng. Harganya yang relatif tetap (stabil) sehingga konsumen masih bisa menikmati menu makanan rakyat ini. Paling tidak, bagi para penggemar tahu dan tempe goreng tak perlu resah apalagi gelisah, mengingat gejolak harga kedelai yang belakangan ini masih berfluktuasi seiring mekanisme pasar.

Diriku pun masih tetap bisa menikmati makan malam sederhana bermenukan lauk tahu dan tempe goreng, disantap bersama nasi putih pulen hangat plus sambal dan lalapan. Asyik, loh…dan siapa mau ikutan maem malem sekalian bukpusbar atau buka puasa bareng….? Ayo mumpung harga tahu dan tempe goreng belum naik. JM (28-7-2012).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun