Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Menyerah Lebih Baik Daripada Mati

4 Desember 2014   02:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:06 134 0
Saya punya seorang sahabat baik bernama Budi (samaran) yang merasa hidupnya selalu ditekan oleh saudara-saudaranya. Semua saudara bahkan orang tuanya selalu mengatur kehidupan Budi, baik secara sosial maupun secara finansial. Meskipun saya paham bahwa hal tersebut dilakukan untuk kebaikan Budi sendiri. Tapi Budi menafsirkan hal yang berbeda, dia merasa bahwa saudara dan orang tuanya meremehkan dia, menganggap dia tidak akan bisa menjadi kaya dan sukses.

Berbekal hasrat ingin menjadi pelatih basket di sekolah-sekolah internasional, dia rela menghabiskan sisa tabungannya (yang tidak seberapa) untuk mengambil kelas-kelas instruktur basket profesional yang biayanya cukup besar. Hal itu menurut saya bukan masalah besar. Tapi yang menjadi masalah adalah kedua orang tua Budi sudah pensiun, yang artinya pemasukan "nol". Biaya rumah tangga kedua orang tua Budi ditanggung oleh saudaranya yang merupakan karyawan swasta, meskipun terbilang bergaji lumayan tapi tetap saja berat karena saudaranya pun sudah menikah dan punya anak, berarti ada dua keluarga yang harus dibiayai saudaranya.

Alhasil tabungan Budi habis, sambil menjalani pelatihan, Budi terpaksa bekerja sambilan di restoran untuk mendapatkan gaji bulanan sebelum dia berhasil mendapatkan income dari kelas basket ini. Karena sebelum sekolah internasional menjadikan dia karyawan tetap (digaji), Budi harus menjadi asisten pelatih senior tanpa digaji selama beberapa bulan. Biaya bulanan untuk kedua job ini tidaklah sedikit, ada biaya transport, biaya makan, dan biaya entertain (hang out bersama teman) yang setiap hari harus dia keluarkan sebelum mendapatkan gaji pada akhir bulan. Akhirnya untuk menutupi pengeluaran ini, Budi terpaksa mengambil uang sayur kedua orang tuanya yang diberikan oleh saudaranya. Cukup tragis bukan?

Tapi Budi berkata "Apa boleh buat? Saya terpaksa melakukan ini karena uda terlanjur nyemplung (ambil kursus basket). Nanti kalian lihat pasti saya akan sukses suatu hari nanti".

Mungkin berbekal inspirasi dari buku-buku motivator, Budi belajar bahwa dengan situasi "kepepet" akan memaksa orang bekerja keras dan membuahkan hasil yang baik. Tapi yang terjadi adalah Budi akan berputar dalam lingkaran setan. Dia sudah terjerumus dengan sistem "gali lobang tutup lobang". Sebelum gajian, dia berhutang kesana sini untuk menutupi biaya operasional harian. Setelah gajian dia harus melunasi hutangnya yang sebesar 70% dari gajinya. Sisa 30% tidak cukup untuk menutup biaya operasional, maka akhirnya dia kembali berhutang dan demikian seterusnya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun