Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Menjadi Korban 'Blusukan' Pak Beye

6 Januari 2013   02:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 860 1
Hari Jumat jam 7 pagi (4 Januari 2013), menjadi pengalaman berkendara yang tak terlupakan. Selama kurang lebih 30 menit, saya terjebak macet parah di kawasan Cawang Jakarta. Padahal, hari sebagian kantor/sekolah dalam kondisi libur Natal dan Tahun Baru.

Sambil memonitor lalu lintas melalui radio berita, saya pun mengirim pesan singkat (SMS). Radio ini menyajikan berita dan info dari pendengarnya yang mengirim SMS ke nomor hotline-nya di 0811806543.  Begini bunyinya: "Arus lalin tol dalam kota mulai dari Gerbang Tol Halim arah ke contra flow Tebet padat merayap, dan nyaris tak dapat bergerak. Arah sebaliknya lancar, cuaca hujan." Saya kirim kalimat SMS tersebut ke Radio Elshinta pada pukul 6.50 WIB.

Arus lalu lintas tol dalam kota dari arah Gerbang Tol Halim menuju Cawang jaraknya sekitar 1 Km. Di waktu normal (hari kerja), ruas jalan ini memang padat merayap, sehingga harus berangkat lebih awal. Namun, pada tanggal 2 dan 3 Januari 2013 dalam kondisi lancar. Pada kedua tanggal tersebut, saya tempuh perjalanan dari rumah di kawasan Bekasi dalam waktu satu jam saja. Sedangkan pada tanggal 4 Januari ini, saya sudah mulai waswas.

Hingga akhirnya, terlihatlah sumber kemacetan itu. Sebuah mobil patwal polisi tampak memblokade jalur jalan tol dari arah Bekasi melalui Gerbang Tol Halim, tepat di arus pertemuan Bekasi dan Bogor yang mengarah ke Semanggi. Arus lalu lintas tol dari arah Bogor, tampak lengang. Tak lama kemudian, dari arah tersebut muncullah iring-iringan rombongan mobil, dengan angkuhnya melintasi bahu tol. Rombongan kendaraan itu berjumlah sekitar 10 mobil, yang sebagian besar menggunakan pelat nopol pemerintah. Saat itu, saya belum tahu ada Bapak Presiden RI di dalamnya, apalagi tak terlihat mobil dengan pelat nopol RI 1 atau RI 2.

Saya kembali mengirim SMS ke Radio Elshinta, bunyinya: "Arus lalin dari Gerbang Tol Halim arah Pancoran yang 30 menit lalu padat dan nyaris tak dapat bergerak, ternyata akibat blokade mobil patwal polisi untuk melancarkan rombongan pejabat negara yang dikawal oleh kendaraan Paspampres dari arah Bogor. Mohon pejabat negara barusan yang melintas dan membuat arus lalin tol dari Bekasi macet, segera sadar dan bertobat, karena menyusahkan orang lain. Saya selalu bayar uang tol dan harus tiba ontime di kantor." SMS saya terkirim pukul 7.13 WIB.

Setibanya saya di kantor dengan kondisi terlambat, saya sempatkan membaca berita di situs online. Saya baru tahu bahwa penyebab kemacetan jam 7 pagi itu akibat 'blusukan' Pak Beye. (Istilah 'Pak Beye ini sebutan Presiden RI, meminjam dari Kang Pepih Nugraha)

Di media sosial facebook dan twitter, saya lihat sejumlah kawan mengeluhkan kemacetan tak terduga pagi itu. Beberapa di antaranya juga baru tahu rombonga  Pak Beye yang membuat jalan tol macet. Mereka tak menyangka Pak Beye melintasi tol dalam kota pada pagi hari, karena selama ini hanya tahu bahwa Pak Beye tinggal di Istana Negara bersama Ibu Ani. Ada juga seorang kawan menggerutu telah ketinggalan pesawat, akibat terjebak macet dari Bogor menuju Bandara Sukarno-Hatta.

Sekitar jam 11 siang, saya melihat wajah Pak Beye dan Ibu Ani di televisi. Di berita tersebut, Pak Beye ditulis sedang melakukan 'blusukan' ke kawasan Teluk Naga provinsi Banten. Dengan senyumnya yang khas, Pak Beye melambaikan tangan ke arah nelayan. Sedangkan Ibu Ani tampak sibuk memotret sana-sini ala fotografer dengan kameranya. Saya sedih dan marah. Sedih karena terlambat tiba di kantor. Dan marah karena terlambat akibat macet oleh ulah 'blusukan' Pak Beye, presiden kita.

Menutup emosi saya siang itu, saya kirim lagi SMS. Isinya: "Ternyata, macet total jam 7 pagi tadi di jalan tol sekitar Cawang, lantaran Pak SBY dari Cikeas melintas ke arah Banten, mau 'blusukan' mirip Jokowi. Beberapa ruas diblokade mobil patwal, termasuk yang saya alami dari arah Bekasi. Tapi, kenapa blusukan sampai menggunakan 10 mobil? Ini pemborosan! Akibatnya, Hari ini banyak karyawan datang terlambat ke kantor dan ada juga yang ketinggalan pesawat".

Terimakasih Radio Elshinta sudah mengudarakan SMS saya, mohon maaf jika terpaksa harus diedit sebelum diudarakan. Terimakasih buat Kompasiana, yang bisa memposting tulisan apa saja, tanpa harus diedit. (@jhonnysitorus)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun