Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

"Cinta di Dalam Gelas" Novel Andrea Hirata

31 Desember 2012   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:45 4673 2
Oleh Bude Binda

Judul             : Cinta di Dalam Gelas

Penulis          : Andrea Hirata

Penerbit        : Bentang

Tahun terbit: 2012

Tebal buku  : 264

Membaca novel Andrea Hirata artinya siap terhibur, tersenyum bahkan tertawa sekaligus dibuat sedih sampai keluar air mata. Itu saya alami saat membaca tetraloginya "Laskar Pelangi", "Sang Pemimpi", "Edensor", dan "Maryamah Karpov". Rupanya ramuan kata-kata yang mengaduk perasaan pembaca itu masih menjadi resep ampuh Andrea Hirata dalam novelnya "Cinta di Dalam Gelas".

Jika tetraloginya keempat novel itu telah berhasil saya miliki, namun untuk novel dwiloginya ini saya membaca koleksi milik perpustakaan daerah/perpusda atau nama resminya Perpustakaan Umum Banjarnegara.  Novel ini menjadi dwiloginya dengan novel bagian pertama " Padang Bulan". Dua-duanya masih bertokoh aku Ikal, sama seperti Ikal di tetralogi. Yang menjadi tokoh utama di novel ini Enong atau Maryamah. Maryamah diceritakan seorang gadis yatim yang ditinggal mati ayahnya. Dalam novel sebelumnya diceritakan tentang pasangan ayah ibu Enong Syalimah dan Zamzani. Bahkan yang menjadi judul novel pun tentang cinta Syalimah kepada Zamzani yang diibaratkan segelas kopi yang diseduh dengan penuh kasih sayang. Segelas kopi yang menggambarkan cinta. Termasuk cinta Zamzani diekspresikan dengan memotong kuku-kuku Syalimah saat duduk-duduk di beranda rumah. Duh perbuatan sederhana nan romantis.

Kembali ke Enong, dia seorang gadis yang setelah ayahnya meninggal  mau menjadi kuli tambang. Pergi ke sungai membawa cangkul dan berebut lahan timah dengan penambang laki-laki demi menghidupi ibu dan adik-adiknya. Kerja keras yang tak lazim itu membuat tubuhnya kekar, tangan penuh kapal, dan kukunya menghitam. Dia berhenti sekolah, padahal semangat belajarnya sangat tinggi terutama belajar Bahasa Inggris.

Rupanya walau sambil bekerja Enong tidak melupakan keinginannya untuk mahir berbahasa Inggris. Dia pun rajin mengikuti kursus di kota seminggu sekali. Walau usianya lebih tua dari peserta kursus  lain dia tak peduli. Enong juga mempunyai sahabat pena dengan sesama penyuka Bahasa Inggris.

Cerita mulai bergulir saat ada kejuaraan catur memperingati hari kemerdekaan tujuh belas Agustus. Enong yang pernah menikah dengan Matarom demi menyenangkan hati ibunya karena adik-adiknya telah menikah semua. Rupanya nasib baik tak berpihak pada Enong, Matarom  tak seperti ayahnya yang penyayang. Matarom telah memiliki istri lain dan perlakuannya pada Enong buruk. Akhirnya mereka bercerai dengan sakit hati yang ditanggung Enong. Namun Enong sangat kuat, dia hanya  bersedih satu malam saja, menangis namun esok harinya  sudah  mulai lagi bekerja menambang timah.

Sakit hati pada Matarom itu ingin dibalaskan pada pertandingan catur, padahal Enong sama sekali tak bisa main catur. Maka mulailah Ikal sibuk mengajari catur Enong. Setelah bisa diajaknya ponakannya Alvin yang juara catur di SD untuk menjadi lawan tandingnya. Setelah Enong  dapat mengalahkan Alvin, mulailah Ikal meminta Ninochka teman kuliahnya di Sorbonne Perancis yang orang Ukraina dan grand master perempuan untuk mengajari Enong catur jarak jauh.

Tak cukup melibatkan Alvin sebagai teman belajar, Ikal juga mengajak Detekrif M, teman  mainnya sejak kecil untuk memata-matai permainan catur calon lawan Enong. Diagaram permainan catur mereka dicatat Detektif M Nur, untuk kemudian dilaporkan kepada Ninochka melalui internet. Dianalisis dan Ninochka akan memberi saran bagaimana cara mengalahkan mereka. Sungguh petualangan yang seru dan menggelikan.

Andrea juga membuat saya tersenyum simpul kala memberi nama pada kedai kopi  milik pamannya tempat dia bekerja sebelum mendapat pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Warung kopi itu bernama 'Usah Kau Kenang Lagi". Atau orkes melayu milik Bang  Zaitun "Orkes Melayu Pasar Ikan Belok Kiri".

Demikian juga watak paman Ikal pemilik warung kopi yang suka bertolak belakang, dari mencaci maki pemerintah terutama Menteri Pendidikan namun dapat berbalik memuju-muji, dan kembali mencaci. Menurut Andrea pamannya punya kepribadian ganda. Karakter paman ini dieksploitasi habis-habisan sebagai pemancing tawa.

Bahkan karena bekerja jadi pelayan di warung kopi membuat Ikal menjadi  pengamat watak-watak orang yang menjadi pelanggan warung kopi. Menurutnya ada beberapa tipe manusia berdasarkan   kopi yang diminum. Dari watak para peminum kopi pahit, kopi dengan gula dan susu,  atau ada yang cukup air dengan gulanya tanpa kopi. Pengamatan itu ditulis dalam bukunya  Buku Besar Peminum Kopi.

MARYAMAH/ENONG

Nah kembali ke Maryamah. Baru ingin menjadi peserta turnamen catur, Maryamah atau Enong telah menjadi topik perbincangan yang hangat di pasar, di warung kopi. Terjadi perdebatan yang ramai antara yang setuju dan yang tidak setuju. Akhirnya diputuskan dengan  voting, dan hasilnya Enong boleh mendaftar jadi peserta.

Dengan bantuan Ikal, Alvin, Detektif M. Nur dan Ninochka Enong berhasil menang mengungguli lawan-lawannya yang semuanya pria. Karena adanya perempuan yang ikut turnamen catur, warung kopi tempat turnamen menjadi ramai oleh penonton baik laki-laki maupun perempuan pendukung Enong.

Akhirnya Enong dapat mencapai final dan dia bertemu dengan musuh yang adalah mantan suaminya Matarom. Inilah saat catur menjadi pertaruhan harga diri dan balas dendam. Tak lagi sekadar permainan atau pun olah raga.

Alhasil Enong pun berhasil mengalahkan Matarom, runtuhlah sebuah keangkuhan dan keangkaramurkaan. Matarom kalah dengan kepala tertunduk dan Enong mendapat tepuk tangan yang luar biasa. Termasuk dari Ninochka yang jauh-jauh datang dari Ukraina untuk mendukung Enong.

Sebuah cerita yang manis, menarik, mengharukan. Humor-humor cerdas bertaburan di buku ini. Humor khas Andrea Hirata. Bagi saya inilah karya sastra yang dapat populer namun tetap bermuatan nilai-nilai kemanusiaan.

Setelah selesai membaca kita masih terkenang. Bahkan masih ingin membaca ulang. Tetralogi Laskar Pelangi tak terhitung berapa kali saya baca ulang, namun tetap saja saya tertawa jika lucu, terharu pada saat sedih. Benar kata mendiang dosen sastra saya Bapak Rahman "Sastra memperhalus jiwa".

Mari kita membaca sastra, melalui novel-novel Andrea Hirata  kita akan belajar banyak hal. Termasuk belajar tentang watak orang Melayu yang selalu diceritakan  oleh penulis.

Salam.

Bude Binda

Banjarnegara, Senin 31 Desember 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun