Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Pembacaan Paradigma Religius di Nusantara

7 Desember 2019   15:42 Diperbarui: 7 Desember 2019   16:50 23 0
Nusantara secara etnografis tidak berada di kawasan kultur Semitik, maka pembacaan teks keagamaan seharusnya disesuaikan dengan kondisi realitas sosio-kultur yang ditandai oleh keberagaman dan hubungan intereligius, yang meniscayakan pendekatan perenialisme dan inklusifisme dalam hubungan antaragama. Kondisi keagamaan yang beragam dalam konteks Nusantara, bukan hanya disebabkan oleh dinamika peradaban dan kebudayaan Nusantara yang persentuhannya dicatat dengan baik oleh sejumlah literatur keagamaan dari India seperti Ramayana Ittihasa-Sastra, Kanon Maha-Niddesa, Brahmanapurana dan sebagainya, tetapi lebih dari itu perubahan sosial-religius di Nusantara berjalan melalui komformitas proses Indianisasi yang berlangsung dengan tatanan setempat yang mewujudkan perpaduan kultur keagamaan tanpa disertai oleh konflik kebudayaan.  Pada tahapan tertentu bahkan entitas religius mengalami sinkretis seperti dalam konteks konsep devaraja dalam kerajaan Khmer seperti ditunjukkan oleh reruntuhan kompleks Angkor Borei dan Angkor Wat pada periode Jayawarman VII melalui kultus manifestasi Lokeshvara dan juga di kerajaan Champa terutama di situs My Son, Tra Kieu provinsi Quang Nam (Indrapura). 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun