Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Kesehatan Mental di Era Digital

1 Februari 2024   11:50 Diperbarui: 1 Februari 2024   14:13 346 4
Siapa sih yang tidak pernah dengar istilah mental health? Apa lagi di era digital seperti sekarang, ketika yang namanya informasi itu selalu bermunculan dimana-mana. Apalagi peningkatan tren teknologi yang cepat membuat banyak orang terutama anak generasi Z semakin terdampak. Seperti penggunaan sosial media yang sering membuat anak generasi Z mengalami depresi, overthinking, peningkatan tingkat stress dan masih banyak lagi. Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai langkah preventif agar dapat mengurangi masalah yang telah terjadi?

Kehidupan sehari-hari kita, dari kegiatan belajar, berkerja, dan waktu senggang. kemungkinan besar dipenuhi oleh penggunaan media sosial. Melansir Data Reportal, di tahun 2023, terdapat total 167 juta penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial. 153 juta diantaranya adalah pengguna di atas usia 18 tahun, yang merupakan 79,5% dari total populasi. Lalu, pada akhir tahun 2026, 81,82% masyarakat Indonesia diperkirakan akan mulai menggunakan media sosial. Sekurang-kurangnya akan ada sekitar kenaikan sebesar 2,3%.

Kita sebagai manusia umumnya ingin menjadi populer, terkenal, didukung banyak orang, dan lain-lain. Peneliti menemukan bahwa orang yang populer memberikan dukungan, kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik, mempertahankan komunikasi dengan baik yang terbuka dengan teman sebaya, mereka akan lebih bahagia, berperilaku seperti mereka sendiri, menunjukkan antusiasme dan perhatian kepada orang lain, dan percaya diri sendiri tanpa menjadi sombong (Hartup 1983). Kondisi ini membuat kita menjadi senang untuk berinteraksi dengan orang lain lewat media sosial karena bertemu dengan orang yang tidak dikenal tapi bisa memberikan masukkan yang menenangkan jiwa dibandingkan jika harus menceritakan dengan orang tuanya.

Saat ini perkembangan sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya, memiliki banyak sekali pengguna. Media sosial tersebut tentu memiliki dampak-dampaknya tersendiri pada kami. Beberapa contoh dari dampak positifnya adalah mudahnya mendapatkan informasi yang bermanfaat dan mudah memiliki banyak teman. Dengan media sosial saat ini, kita dapat dengan mudah bertukar informasi dengan orang lain, lalu media sosial juga memudahkan kita untuk bertemu dan berkenalan dengan orang orang baru yang belum pernah kita temui. Sementara itu, dampak negatif yang akan timbul adalah tidak bisa mengatur waktu dengan baik dan jarang bersosialisasi. Bagi pelajar, mereka akan semakin malas untuk belajar dan lebih memilih untuk bermain gawai miliknya seharian.

Selain itu gawai juga membawa pengaruh lain seperti kurangnya motivasi untuk belajar atau bekerja, kurang konsentrasi, memberikan akses informasi tanpa seleksi, dan masih banyak lagi. Namun selain pengaruh pengaruh itu, gawai memiliki pengaruh lain terhadap kesehatan mental kita. Seperti cyber bullying, adiksi game, adiksi internet dan sosial media, adiksi online shopping, insomnia, cemas, depresi, dan gangguan psikotik. Maka dari itu kita sebagai masyarakat yang berpendidikan harus bijak dalam menggunakan gawai.

Baik anak-anak maupun orang dewasa pastinya menyukai game yang ada di gadgetnya karena memiliki fitur-fitur yang menarik, karakter yang menawan, warna-warna yang memikat sehingga membuat kita terpesona untuk memainkannya. Saat ini, anak-anak dan remaja menghabiskan 75% waktunya untuk bermain gadget, sehingga menyebabkan mereka menjadi kurang bersosialisasi dengan orang lain yang juga dapat menyebabkan gangguan mental.

Selain itu, susah tidur merupakan masalah yang kerap terjadi. Susah tidur atau disebut juga dengan gangguan tidur, adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan tidur atau kesulitan beristirahat dengan nyenyak secara terus-menerus. 71% orang yang menggunakan gadget mengalami hal ini. Dilansir dari Fakultas Psikologi Universitas Uhamka, 10% anak muda memeriksa gadgetnya lebih dari 10 kali per malam. Hal ini menyebabkan mereka sulit tidur dan kurang mendapatkan istirahat yang berkualitas.

Kesengsaraan juga merupakan perhitungan kesehatan mental. Sesuai dengan informasi dari Fakultas Psikologi Universitas Uhamka, anak-anak yang menghabiskan waktu dengan alat-alat gawai dua kali lebih mungkin mengalami kesengsaraan, terus-menerus merasa disalahkan, merasa sedih, merendahkan diri, sia-sia, dan temperamen mereka sering berubah setelah melihat sesuatu yang menarik atau memang sesuatu. buruk. menakutkan, pemarah atau lemah lembut dan mudah menangis, kesulitan berkonsentrasi, mempertimbangkan dan membuat pilihan.

Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang sehat, bisa mengoptimalkan potensi diri dalam menghadapi masalah hidup, hingga menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Sementara itu kondisi mental yang terganggu dapat berdampak buruk terhadap emosi, suasana hati, dan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Untuk mempertahankan kesehatan mental di tengah-tengah dunia yang serba digital ini bisa dilakukan beberapa hal yang menurut kami cukup membantu dan mudah dilakukan. Seperti pengelolaan waktu digital, mengelola stress dengan baik, tidur dan istirahat yang cukup. Selain itu, meditasi juga berperan dalam membantu dan mempertahankan kesehatan mental. Berikut kami akan menguraikannya.

Memiliki skill untuk mengelola waktu yang kita habiskan itu sangatlah penting. Kita harus bisa mengetahui kapan kita perlu tidur, perlu bekerja, bisa bermain gawai, dan juga kapan kita seharusnya sudah berhenti bermain dan mengistirahatkan mata baik otak kita. Memperhatikan kebutuhan diri sendiri dan memprioritaskan kesehatan mental kami juga salah satu alasan mengelola waktu itu penting. Selain itu memiliki kemampuan untuk mengelola waktu itu dapat membawakan banyak sekali pengaruh pengaruh positif diluar mempertahankan kesehatan mental dalam dunia digital.

Kemampuan pengelolaan waktu yang baik dapat membuat kita mungkin untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat, lebih fokus pada pekerjaan penting, dan mendelegasikan tugas yang kurang penting. Selain itu menurut Sampoerna University, mengelola waktu juga dapat membuat orang memiliki sikap yang lebih disiplin karena mampu mengerjakan tugas tertentu tepat waktu. Membuat seseorang menjadi lebih teratur, terencana, dan lebih rapi dalam kehidupannya sehari-hari. Juga terhindar dari stres dan kecemasan. Kita harus bisa membatasi waktu online kami, dan meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan lain di dunia nyata yang menyenangkan dan memperkuat koneksi sosial.

Lalu selain itu, ada juga meditasi, yang juga memiliki banyak sekali pengaruh pengaruh positif bagi kita, menurut kemenkes,  dampak meditasi pada tubuh ada banyak. Seperti meningkatkan konsentrasi, efek relaksasi, menurunkan stress, menenangkan pikiran, meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, dan menurunkan persepsi bebas pikiran dan meningkatkan rasa kebahagiaan

Selain dengan cara membantu diri sendiri, pendidikan kepada masyarakat juga berperan penting. Di era digital dimana hampir semua sekolah di Indonesia sudah menerapkan penggunaan e-learn sebagai platform penunjang pembelajaran, membuat murid dituntut untuk lebih menggunakan gawai miliknya. Ada baiknya jika sekolah tidak sepenuhnya bergantung dengan teknologi dan kembali dengan menggunakan proses konvensional.

Dalam kurikulum sekolah juga perlu untuk menyisipkan materi atau topik mengenai kesehatan mental agar murid dapat lebih aware dengan kondisi generasi sekarang. Untuk murid-murid yang lebih ekspresif, mereka mungkin membutuhkan ruang untuk menceritakan pergumulannya kepada guru dan guru juga harus siap untuk memfasilitasinya. Dengan sekolah menyediakan guru bimbingan konseling (BK), murid akan lebih diuntungkan.

Di dalam lingkungan keluarga, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan mental anaknya. Dapat dikatakan, didikan orang tua menentukan kondisi mental anak yang mungkin terjadi. Untuk orang tua, ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mendidik kesehatan mental anak. Antara lain yaitu, memberi dukungan positif kepada anak, mencoba membuka diri kepada anak tanpa terkecuali, menjadi model yang baik untuk anak, dan masih banyak lagi.

Juga sebagai orang tua, wajib untuk memantau penggunaan teknologi dan media sosial anak. Paparan yang berlebihan atau konten yang tidak sesuai untuk dilihat oleh anak dapat mempengaruhi kesehatan mental anak. Dalam prosesnya, orang tua bisa mencoba untuk mengaplikasi fitur Screen Time dalam gawai milik anak agar anak tidak menggunakannya secara berlebihan. Orang tua juga bisa memberi edukasi yang terarah kepada anak akan apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk dilakukan.

Mengutamakan kesehatan mental di era digital merupakan langkah yang penting untuk memiliki kualitas hidup yang baik. Bisa dimulai dari mengatur waktu penggunaan media sosial, memiliki keseimbangan antara kehidupan online dan offline, meningkatkan kesadaran diri sendiri, baik orang lain. Menjaga kesehatan mental di era digital memang memerlukan effort  dan kesadaran diri yang tinggi, tetapi pelan pelan, selangkah demi selangkah bila dilakukan pasti kita bisa memiliki hubungan yang sehat dengan dunia maya.

Penulis: Jason Christoper Lie & Cheryl Julianne Kiana

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun